Jokowi Minta Pertamina Tak Pelit Bantu Riset Industri Katalis

Gedung Pertamina
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta PT Pertamina untuk tidak pelit menggelontorkan bantuan dana riset ke industri katalis. Terutama terhadap peneliti di ITB, yang berhasil menciptakan bio diesel di bahan bakar minyak, pimpinan Profesor Subagjo.

Sebelum Hangus Ganti Tahun, Poin MyPertamina Bisa Ditukar dengan Logam Mulia hingga Motor Sport

"Keuntungan Pertamina bukan hanya miliar, bukan hanya satu dua triliun, tapi terakhir sudah di atas Rp20 triliun. Itu kalau dipakai untuk riset seperti ini, saya kira tidak ada ruginya," kata Jokowi saat pembukaan Rakornas Kemenristek/BRIN tahun 2020, di kawasan Puspitek, Serpong Tangerang Selatan Banten, Kamis 30 Januari 2020.

Awalnya, Jokowi mengajak berbincang Profesor Subagjo. Dalam penjelasannya, Profesor Subagjo mengatakan merintis katalis sejak 1982 ketika baru pulang studi. Sempat melakukan uji coba, namun mencari donatur sangat sulit sehingga terhenti.

Cerita Kapolri Ingat Pujian Atraksi Pasukan Brimob dari Jokowi dan Prabowo

Dia menjelaskan, baru pada 2009 ia sempat mendengar ada keinginan pihak luar negeri untuk mengembangkan green diesel.

"Tapi saya sebut, diesel bio hidro karbon. Artinya diesel seperti minyak bumi tapi dari bahan hayati," kata Profesor Subagjo.

Strategi PIS Ajak Generasi Muda Pesisir Lestarikan Budaya Kelautan

Jokowi kemudian penasaran, apakah ada bantuan dana dari Pertamina. Mengingat ini mengenai pengembangan sektor migas. Profesor Subagjo mengatakan, memang pada 2009 sempat ada keinginan Pertamina untuk kerjasama dengan Korea Selatan.

Ia kemudian mengingatkan ke Pertamina, jika melibatkan katalis maka tak perlu dengan negara lain. Cukup dengan pihak  peneliti di ITB karena sudah bekerja sama sejak 2000.

"Sebentar, pernah enggak dibantu dalam rangka katalis itu dengan Pertamina?" tanya Jokowi.

Bantuan Rp8 Miliar Masih Kecil

Prefesor Subagjo kemudian menjawab, bahwa mereka sangat terbantu dengan bantuan Pertamina. Bahkan, di laboratorium mereka tersimpan sebuah alat yang cukup mahal seharga Rp8 miliar dari bantuan perusahaan pelat merah tersebut. Namun Jokowi justru menilai, kucuran dari Pertamina itu sangat kecil.

"Kalau bagi Pertamina, Rp 8 miliar itu kecil. Bukan bantuan itu," sindir Jokowi.

Jokowi kemudian melanjutkan pertanyaannya, apakah Profesor Subagjo dan tim mendapat bantuan juga dari Dana Sawit. Subagjo mengaku, mendapatkan kucuran hingga Rp46 miliar.

"Itu juga kecil. Dana sawit kita mendekati Rp30 triliun. Untuk apa disimpan saja? Saya sudah perintahkan menteri untuk perbanyak bantuan ke ITB untuk katalis ini," tegas Kepala Negara.

Namun bagi Subagjo, angka Rp46 miliar itu sudah cukup besar. Sebab sebelumnya mereka hanya dibantu satu juta rupiah saja.

Presiden Jokowi kemudian menyindir Pertamina. Sebab selama ini perusahaan itu membutuhkan 50 katalis. "Dan nyaris semua impor. Hanya tiga katalis yang mampu kita produksi sendiri," kata Jokowi.

Kepala Negara pun berjanji akan melakukan rapat terbatas khusus membahas industri katalis ini. Sebab ia yakin, dengan industri katalis maka Indonesia bisa mandiri dalam mengembangkan bio diesel atau bio hidro karbon dari bahan nabati seperti sawit.

Jokowi mencontohkan, setelah penggunaan B20 dan B30 pada bahan bakar minyak, harga sawit langsung naik. Maka ini juga memberi keuntungan pada petani sawit.

"BUMN seperti Pertamina harus berperan lebih besar dalam pengembangan industri katalis. Badan pengelola dana sawit juga harus aktif mendukung riset yang berdampak besar seperti ini," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya