Pemprov Jatim Tepis Isu Solar Langka: karena Panic Buying
- VIVAnews/Nur Faishal
VIVA – Isu solar langka menerpa Provinsi Jawa Timur pekan lalu. Antrean kendaraan bermotor berbahan bakar solar pun terlihat di beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), termasuk di Kota Surabaya. Namun, pemerintah provinsi setempat membantah solar langka, dan menyatakan bahwa masyarakat hanya terserang panic buying.
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur, Setiadjit, mengatakan panic buying terjadi justru karena informasi yang belum terkonfirmasi secara utuh. "Gara-gara satu SPBU yang telat dan rusak, misalnya, itu yang membuat masyarakat panic buying," katanya di kantor di Surabaya, Senin, 18 November 2019.
Setiadjit menjelaskan, panic buying terjadi, terutama menerpa para sopir truk, diperparah karena tersebarnya informasi akan pengurangan premium dan solar bersubsidi dan tersebarnya surat edaran BPH Migas tentang pengendalian kuota solar bersubdisi. Dia menegaskan surat itu itu dibatalkan karenanya tidak ada pembatasan premium maupun solar bersubsidi.
"BPH Migas hanya mengeluarkan edaran Pertamina harus mengarahkan betul ke siapa yang berhak menerima subsidi. Tadi sudah dijelaskan solar dan premium bersubsidi sudah jelas penggunanya. Yang tidak boleh truk industri, yang mengangkut bahan tambang, dan plat merah," ujarnya.
Dia mengakui, solar memang sempat langka. Namun, hal itu terjadi karena panic buying, bukan karena keterbatasan pasokan. Karena panik, masyarakat kemudian membeli solar secara berlebihan untuk berjaga-jaga. Akibatnya, distribusi dan stok bahan bakar solar di SPBU menjadi tidak normal.
Setiadjit mengklaim masalah itu sudah teratasi. "Semua SPBU telah normal kembali, dan tidak ada masalah seperti Kamis (14 November 2019 lalu). Hari ini Insya Allah sudah normal. Kasus kelangkaan dipicu dari satu SPBU, berita menjadi muncul, dan terjadi panic buying," ujarnya.
Di tempat yang sama, General Manager Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V Jatimbalinus, Werry Prayogi, membenarkan bahwa kelangkaan solar yang terjadi di beberapa SPBU di Jatim disebabkan panic buying. "[informasi tersebar] oh, ini akan terbatas, maka untuk mengamankan diri beli dalam jumlah banyak. Beli jumlahnya yang tidak seperti biasanya," katanya.
Werry menegaskan, pihaknya sudah berkomitmen untuk selalu memenuhi kebutuhan premium dan solar bersubsidi bagi masyarakat. Werry mengakui sempat ada antrean di sejumlah SPBU di Jatim, namun di sebagian lokasi saja. "Artinya, kebutuhan solar bersubsidi tetap terpenuhi," katanya.