Tugas Berat Menanti Menteri Perdagangan
- Agus Rahmat
VIVA – Direktur Eksekutif Lembaga untuk Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran (LETRAA) Yenny Sucipto menilai sosok Enggartiasto Lukita yang kurang lebih tiga tahun mengisi posisi menteri perdagangan telah membuka pintu untuk internasional lebih baik. Ini menaikan bargaining positition (posisi tawar) Indonesia di regional dan internasional.
"Sudah baik dilakukan menteri Enggar. Tinggal analisis kontalasi di tingkat internasional. Harus meningkatkan bargaining. kita jangan menjadi bagian yang pasif. Harus memiliki bargain kuat dalam perdagangan internasional," kata Yenny Sabtu, 26 Oktober 2019.
Yenny melanjutkan, pemerintah di periode kedua Jokowi harus tetap memperhatikan daya saing Indonesia yang masih lemah. Karena bentuk persyaratannya terlalu mudah, grade Indonesia kalah dengan negara lain seperti perjanjian G to G memberikan kebutuhan persyaratan untuk Indonesia.
"Kan beberapa analisis itu kadang enggak perhatikan itu," kata dia.
Menteri perdagangan selanjutnya, kata dia, juga harus meniru yang telah dicapai oleh Enggar. Seperti menjaga stabilitas harga pangan. Kemudian, jalur perdagangan internasional yang telah dibuka harus terus dijaga kelanjutannya.
"Sebuah keberhasilan yang baru untuk visi presiden ke depannya. Â Harus dilanjutkan menteri selanjutnya. Sebuah keberhasilan itu harus dipertahankan. Kalau yang baik itu perbaiki. Kalau ada yang kurang itu ditambah dan diperbaiki," harapnya.
Apalagi, lanjutnya, periode kedua Jokowi tidak perlu merombak sistem yang sudah ada. Jokowi sendiri menyatakan semua kementerian atau lembaga tidak memiliki visi misi, melainkan menjalankan misi presiden dan wakilnya.
Dihubungi terpisah, Pengamat Perdagangan International dari Universitas Indonesia Fithra Faisal menilai  upaya Enggar yang perlu dilanjutkan tersebut antara lain ialah terkait, perjanjian dagang international yang dikebut dalam masa jabatannya.
"Tentu perlu dilanjutkan, karena untuk meningkatkan ekspor, kita perlu strategi yang lebih ekstensif keluar," katanya.
Dia menjelaskan,  untuk mengejar pertumbuhan ekonomi enam persen, maka butuh pertumbuhan ekspor sebesar 9,8 persen per tahun. "Dalam konteks inilah pentingnya mencari mitra-mitra dagang baru," paparnya.
Enggartiasto, kata Fithra, telah mengupayakan perjanjian dagang bilateral maupun regional dengan pihak-pihak yang potensial. Dia mencontohkan, dengan Hongkong, UK, Australia dan juga uni eropa.
"Ini negosiasi-negosiasi yang krusial, dengan uni eropa juga merupakan pasar yang cukup penting," jelasnya.Â
Selain dengan mitra dagang tradisional, juga perjanjian dengan yang non tradisional jelas memiliki potensi signifikan.
Dia menegaskan Indonesia harus terus aktif mencari pasar-pasar di Luar Negeri seperti yang selama ini sudah dilakukan. Tetapi dia juga mengingatkan Menteri Perdagangan baru Agus Suparmanto, selain terus mencari pasar, juga terus memperbaiki kualitas komoditi ekspor.
Diketahui, Presiden Joko Widodo melantik Agus Suparmanto sebagai menteri perdagangan menggantikan Enggar. Agus dilantik pada 23 Oktober 2019 di Istana Negara.