Unilever Hingga Starbuks Boikot Iklan Sosmed, Saham Facebook Melorot
- U-Report
VIVA – Jumlah perusahaan besar di dunia yang memutuskan untuk ikut aksi #StopHateforProfit terus bertambah. Aksi itu merupakan bentuk protes terhadap kegagalan media sosial dalam menghentikan ujaran kebencian yang menyebar.
Kampanye tersebut diketahui dibuat oleh sejumlah koalisi hak asasi manusia (HAM) dunia pekan lalu. mereka meminta perusahaan-perusahaan tersebut menunda iklannya di media sosial, termasuk Facebook dan Instagram.Â
Dilansir dari CNBC, Selasa 30 Juni 2020, perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat yang sudah mengikuti aksi itu antara lain Starbucks, Coca Cola, Honda, Unilever, The North Face, REI, Pentagonia, Levi's, Jan Sport hingga Verizon.Â
Starbucks dalam keterangan resminya memastikan akan menghentikan semua iklannya di sosial media. Mereka berjanji akan berdiskusi secara internal terkait hal ini. Namun, perusahaan akan tetap mem-posting di sosmed tanpa promosi berbayar.
"Kami percaya lebih banyak yang harus dilakukan untuk menciptakan komunitas Online yang ramah dan inklusif. Para pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan harus bersatu untuk memengaruhi perubahan nyata," tulis keterangan itu.
Baca juga:Â Harta Bos Facebook Menyusut Rp100 Triliun
Sementara itu, Coca Cola pada Jumat pekan lalu mengumumkan bahwa akan menghentikan iklannya secara global di sosial media. Lalu Unilever, menghentikan iklan di Facebook, Instagram dan Twitter khusus di AS hingga 31 Desember.
Dilansir dari Carbuzz, unit bisnis Honda di AS pun menyatakan bergabung dengan kampanye tersebut. Honda akan memboikot satu bulan iklan di media sosial selama Juli mendatang.
"Honda Amerika akan menunda iklan di Facebook dan Instagram dan memiliki mendukung bersatunya masyarakat melawan kebencian dan rasisme," tulis pernyataan resminya.
Boikot ini akan menjadi hantaman yang besar bagi bisnis sosial media. Apalagi Facebook misalnya, pendapatan iklannya secara global tahun lalu mencapai US$69,7 miliar atau nyaris Rp1.000 triliun.
Saham Facebook pun terus mengalami penurunan hingga pekan ini. Dilansir dari CNN Business, pada awal perdagangan Wall Street, Senin waktu setempat, saham Facebook kembali turun 3 persen. Penurunan tajam terjadi pada Jumat pekan lalu sebesar 8 persen.
Investor saham menyoroti ketidakpastian baru tentang seberapa besar boikot itu dapat merusak mesin penjualan iklan Facebook. Apalagi  beberapa merek seperti Starbucks menduduki peringkat tinggi dalam daftar pembelanjaan iklan terbesar di Facebook.
"Facebook perlu mengatasi masalah ini dengan cepat dan efektif untuk menghentikan keluarnya iklan yang berpotensi keluar kendali," kata Bradley Gastwirth, kepala strategi teknologi di Wedbush Securities.