Digitalisasi Pelabuhan Berpotensi Pangkas Aktivitas Broker

Pelabuhan Tanjung Priok
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, Arif Suhartono, mengatakan, moderninasi dan digitaliasi pelabuhan di Indonesia adalah sebuah urgensi yang harus diterapkan. Meski, dalam proses ini bakal menghilangkan unsur-unsur lain yang salam ini sudah ada.

Menkomdigi di Jerman: Kerjasama Internasional Perkuat Transformasi Digital

Dalam diskusi webinar bertajuk 'Modernisasi dan Digitalisasi Pelabuhan Indonesia di Masa dan Pasca Pandemi COVID-19 serta Menyongsong Revolusi Industri 4.0' yang digelar oleh Myshipgo, Arif menjelaskan, transformasi dari konvensional ke digital akan memberi dampak pada konsumen. Dikatakan Arif, proses ini harus didukung oleh ekosistem yang lainnya karena mengenai pelabuhan tidak akan bisa berdiri sendiri.

Baca Juga: TransJakarta Pasang Delapan Penunjuk Arah di Stasiun Tanah Abang

Institut Teknologi Sumatera Gandeng Akseleraksi Digitalisasi UMKM

Lebih lanjut, Arif mengakui, bahwa digitalisasi akan memberi banyak perubahan seperti budaya baru dan kreativitas-kreativitas baru yang muncul. Di sisi lain, akan ada aktivitas yang harus hilang.

"banyak aktivitas yang tadinya bersifat intermediate atau penghubung atau broker pasti akan berkurang. Dan imbasnya pengurangan aktivitas, karena pengurangan orang," kata Arif, dalam penjelasannya, Rabu 17 Juni 2020.

Cuan Mengalir Deras berkat Digitalisasi

Digitalisasi juga harus disadari secara bersama oleh semua pihak terutama ekosistem di dalam pelabuhan. Meskipun, ia tidak menampik, akan beberapa penolakan-penolakan.

Maka dari itu, semua pihak harus kompak jika memang menjalankan digitalisasi ini. Akan tetapi, ia meyakini, proses ini adalah keharusan. Terlebih, di tengah pandemi COVID-19, yang memaksa untuk menggunakan proses digital lebih cepat.

Dia mencontohkan, dahulu proses pembayaran dengan menggunakan loket. Kemudian, seiring berkembangnya waktu berubah dengan pembayaran tidak tunai, dengan menggunakan anjungan tunai mandiri (ATM) atau digesek di tempat.

Bisa juga pembayaran dengan melalui portal. Namun, kata Arif, pembayaran melalui loket masih saja terjadi. Menurutnya, banyak yang lebih menikmati melakukan secara konvensional yang memungkinkannya masih ada broker.

"Apa pun yang kami sediakan tanpa support teman-teman akan mustahil sempurna," ujarnya.

Proses digitalisasi, lanjut Arif, adalah ujung pada pelayanan terhadap konsumen. Memang, diakuinya, membutuhkan proses untuk berpindah dari konvensional ke digital.

Ada juga pihak-pihak yang awalnya tidak mau masuk ke digital, tetapi terpaksa masuk karena munculnya kreativitas baru yang hadir di platform digital. Untuk itu, cara-cara lainnya yang biasa digunakan secara konvensional, akan hilang.

"Digitalisasi pasti akan membawa dampak positif dan kurang baik, contoh tadi fungsi-fungsi intermediate akan hilang," ujarnya.

Arif menyadari, pihak-pihak yang sebelumnya bekerja di balik layar, akan terdampak dengan proses digitalisasi yang dilakukan. Namun, menurutnya, manusia harus bergerak dinamis, karena waktu akan terus berubah dan menuntut perubahan termasuk pelayanan di pelabuhan. Dia pun optimistis, mereka yang terdampak dengan proses ini, bisa beradaptasi dengan baik.

"Saya yakin bahwa bagi yang mungkin terkena dampak dari adanya transformasi ini, saya yakin mereka akan melakukan keseimbangan baru dengan menemukan aktivitas baru," ucapnya.

UKM/UMKM go digital.

117.860 UMKM Sudah Masuk Ekosistem Digital PaDi UMKM, Transaksi Capai Rp 7 Triliun

Platform PaDi UMKM diketahui merupakan inisiatif pemerintah Indonesia yang dirancang untuk memperkuat ekosistem digital Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024