Logo WARTAEKONOMI

Kisah Berdirinya Tolak Angin, Produk Populer Sido Muncul

Bertahan 3 Generasi, Ini Kisah Berdirinya Jamu Sido Muncul yang Bawa Tolak Angin ke Luar Negeri. (FOTO: Instagram/tolak_angin)
Bertahan 3 Generasi, Ini Kisah Berdirinya Jamu Sido Muncul yang Bawa Tolak Angin ke Luar Negeri. (FOTO: Instagram/tolak_angin)
Sumber :
  • wartaekonomi

Orang Indonesia apabila dirasa tidak enak badan, akan merasa lebih baik ketika mengonsumsi Tolak Angin. Ya, produk lokal yang merupakan obat herbal ini berguna untuk meredakan masuk angin, perut mual, tenggorokan kering dan badan terasa dingin.

Tolak Angin dibuat oleh pendiri Sido Muncul pada tahun 1930 yaitu Ibu Rahmat Sulistyo. Tolak Angin juga dikenal berkat jargonnya "Orang pintar minum Tolak Angin".

Sebagaimana diketahui, Tolak Angin dibuat dari tumbuh-tumbuhan herbal dan madu serta ramuan lainnya. Tahun 1941, Ny. Rakhmat Sulistio membuat Jamu Tolak Angin yang ketika itu diberi nama Jamu Tujuh Angin.

Dari tahun ke tahun, usaha jamu miliknya berkembang baik, namun sempat terhenti ketika adanya agresi militer Belanda yang terjadi pada 1949.

Akibat agresi militer tersebut, Ny. Rakhmat Sulistio dan suaminya mengungsi ke Semarang. Di kota tersebut mereka mendirikan pabrik jamu yang diberi nama Sido Muncul yang memiliki arti ‘Impian yang Terwujud’.

Sejak berdiri pada tahun 1951, perusahaan Sido Muncul sendiri tidak pernah mengubah logonya yang berwujud tumbukan jamu dengan foto sosok Ibu dan seorang anak balita.

Ternyata anak balita itu adalah yang kini menjadi Direktur Sido Muncul. Sementara wanita dalam logo adalah neneknya yakni Ny Rakhmat Sulistyo yang tak lain adalah pendiri Sido Muncul.

Kala itu seperti menjadi keharusan untuk memasang foto pribadi di logo produk. Awalnya Ny Rakhmat Sulistyo memasang foto dengan suaminya, namun dia merasa aneh.

Akhirnya ia pun mencoba untuk foto dengan Irwan, cucu kesayangannya. Meski saat itu Ny Rakhmat memiliki 46 cucu dari 9 anaknya.

Setelah kedua orangtua Irwan ikut pindah ke Semarang, mereka pun ikut berinvestasi di Sido Muncul dengan saham 50%. Sehingga pada 1970 ketika neneknya telah berusia 73 tahun, ia memutuskan untuk memberikan perusahaan yang didirikannya kepada orang tua Irwan.

Sejak saat itu pula, Irwan ikut terjun membantu kembangkan Sido Muncul. Hingga saat ayahnya meninggal tanggung jawab perusahaan diserahkan kepada Irwan dan adik-adiknya meski kursi kepemimpinan diduduki oleh Ibunya.

Kesuksesan Sido Muncul saat ini dimulai dari niat baik untuk menghasilkan produk yang baik. Dengan produk yang baik itulah Sido Muncul mudah diterima konsumen di dalam dan luar negeri.

Selain itu, nama baik keluarga yang diwariskan nenek dan orang tuanya juga menjadi pendorong kesuksesan. Sebab, tanpa nama baik, akan sulit membuat citra Sido Muncul terus diingat sebagai jamu keluarga Indonesia.

Laba bersih perusahaan pada 2015 tercatat Rp437 miliar. Kinerja keuangan makin kinclong hingga mencatatkan laba bersih Rp664 miliar pada tahun 2018.

Irwan mengatakan, jika ingin bisa ekspor ke luar negeri, maka yang pertama harus ditaklukkan adalah pasar di dalam negeri terlebih dahulu. Dia bilang, sebelum melanglang buana ke negeri orang, pastikan produk yang mau dijual tersebut punya tempat di tanah kelahirannya.

Adapun bahan baku produk Sido Muncul 99 persen berasal lokal. Hanya 1 persen yang diimpor perusahaan yaitu ginseng.