Stok Ayam Makin Membludak, Peternak Minta Diselamatkan
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
VIVA – Peternak ayam berada dalam tekanan di tegah pandemi Virus Corona atau COVID-19 yang sedang mewabah di Indonesia ini. Harga jual ayam jatuh, permintaan pun terjun bebas imbas lesunya konsumsi masyarakat.
Ketua Umum Perhimpunan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Singgih Januratmoko mengatakan, pemerintah harus melakukan langkah untuk menyelamatkan peternak ayam. Apalagi 80 persen peternak ayam merupakan masuk kategori Usaha Mokro Kecil dan Menengah (UMKM).
Kebijakan konkret dibutuhkan sebab, momen puasa dan Lebaran yang sebentar lagi akan tiba diperkirakan belum bisa mendongkrak kelesuan sektor peternakan ayam. Sedangkan, untuk sembuh dari masa sulit ini diperkirakan butuh waktu 2-3 bulan ke depan.
"Untuk pulih masih 2-3 bulan lagi. Dalam 3 minggu kedepan kondisinya masih berat. Yang bertahan hanya pengusaha besar," ujar Singgih kepada wartawan, Minggu 12 April 2020.
Singgih menilai, sebelum para peternak berguguran dan gulung tikar, perlu tindakan dari hulu dan hilir dari Pemerintah. Salah satunya menyerap produksi peternak ayam UMKM yang semakin menumpuk untuk program pasar murah Pemerintah.
"Di mana pemerintah memfasilitasi dengan membeli ayam dari peternakan rakyat serta program bantuan langung dalam bentuk ayam. Tidak hanya beras dan uang tunai. Terutama juga memangkas over supply sejak dari day old chicken (DOC)," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) Yeka Hendra Fatika mengingatkan, produk unggas baik itu karkas harus diserap jadi cadangan pangan nasional. Sehingga produksi peternak pun dapat diserap di tengah penurunan permintaan saat ini.
"Saran saya menteri perekonomian menarik 20 ribu ton ayam atau karkas agar RPA (Rumah Pemotongan Ayam). Cold storage yang sekarang penuh ini jadi kosong, sehingga produk dari peternak mitra bisa masuk lagi ke RPA nah ini langkah merespon cepat," katanya.
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Pinsar Pedaging Jawa Tengah Parjuni pun meminta, pemerintah mengurangi suplai DOC hingga 40 persen. Setting telur untuk 4 minggu kedepan pun diharapakan ditunda, agar harga livebird ditingkat peternak bisa bergerak naik sesuai harga acuan kementrian perdagangan.
"Dengan begitu peternak ayam dapat hidup kembali," ucapnya.
Dia menuturkan, sebelum terjadi wabah, peternak masih sempat menjual Rp12.000-Rp13.000, begitu terjadi wabah, harga menjadi terjun bebas hanya Rp8.000 bahkan Rp4.000 per kilogram (kg). Sementara ongkos produksi tidak pernah turun, tetap Rp17.500-18.000 per kg.