Konsumsi Kopi Dalam Negeri Melonjak, RI Tak Perlu Bergantung ke Ekspor
- U-Report
VIVA – Hasil bumi asli tanah air yaitu kopi saat ini seolah menjadi bagian gaya hidup masyarakat di Indonesia. Perkembangan zaman yang cepat ikut berpengaruh pada berbagai racikan ciri khas kopi.
Bahkan, masyarakat dan kopi seperti bagian tidak terpisahkan dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini juga berimbas dengan merebaknya kedai kopi, yang bergaya tradisional maupun modern.
Wakil Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin menyambut baik kabar tingginya tingkat konsumsi kopi di level domestik. Kondisi itu dapat saja menjadi pengganti kecilnya ekspor kopi.
"Kalau ekspor kopi katanya menurun sebab di dalam negeri permintaan dan kebutuhan tinggi, ya tidak apa-apa. Masih bisa tertutupi oleh kontribusi pendapatan dari pasar nasional kan," ujar Sultan di Jakarta, Rabu, 11 Maret 2020 dilansir dari VIVAnews.
Sultan menjelaskan, tingginya kebutuhan kopi di level dalam negeri akan berpengaruh pula pada perbaikan nasib hidup petani. Sekaligus bisa memacu kuota produksi subsektor perkebunan kopi.
Menurut Sultan, tidak merasa khawatir dengan penghasilannya jika harga kopi di perdagangan internasional anjlok karena berbagai penyebab situasi ekonomi.
"Petani bisa berharap bahwa hasil perkebunan kopinya memiliki nilai jual tinggi di pasar Indonesia sebab banyak diminati. Tidak harus bergantung pada ekspor, apalagi saat terjadi rendahnya harga kopi," ujarnya.
Soal produksi perkebunan kopi, ua menilai, selama masih mampu memenuhi tingginya kebutuhan domestik maka dapat dikategorikan cukup aman. Kendati begitu, Sultan berharap, produksi kopi tiap tahun harus terus meningkat.
Berdasarkan catatan dari Kementerian Pertanian (Kementan) menyasar produksi kopi tahun 2020 dapat mencapai 769,72 ribu ton. Dari data Kementan, produktivitas lahan kopi tahun 2010-2019 meningkat 0,72 persen.
Sementara itu, Kementan terus berupaya agar ekspor kopi ke depan dapat dilakukan dalam bentuk olahan jadi sehingga tetap mempunyai harga premium di perdagangan internasional.
Hal itu disebabkan tingginya kebutuhan dan minat konsumsi kopi di pasar Indonesia yang setiap tahunnya diprediksi Kementan cenderung meningkat rata-rata 20 persen.