Jenderal Baret Merah Ahli Intelijen di Jajaran Komisaris Antam

Gedung PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Letnan Jenderal TNI Agus Surya Bakti resmi pensiun pada 10 November 2019 dari dunia militer. Suami Bella Saphira ini telah mengabdikan diri kepada negara selama 39 tahun sebagai anggota TNI Angkatan Darat.

Terpopuler: Kronologi Polisi Tembak Pelajar hingga Tewas, Bapak Kopassus yang Ditakuti Elite Militer RI

Namun, Agus rupanya tidak lama-lama beristirahat. Satu bulan lebih menikmati masa pensiun, ada kabar baru bahwa dirinya menjabat Komisaris Utama PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam, menggantikan Fachrul Razi, yang kini menjabat sebagai Menteri Agama.

Ini berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Antam. Menurut data yang diolah VIVA, Kamis, 19 Desember 2019, Agus Surya Bakti sudah malang-melintang di dunia klandestin atau intelijen. Pengalamannya tercatat banyak di Komando Pasukan Khusus atau Kopassus TNI AD.

Pecah Telur, Teman Satu Leting AHY Jadi Jenderal Pertama di Lulusan Akmil 2000

Di korps baret merah itu, Agus Surya Bakti pernah menjabat sebagai Komandan Unit dan Tim Grup 1, Waasintel Danjen Kopassus, hingga Komandan Grup 3/Sandi Yudha.

Sebagai informasi, Grup I adalah Resimen Para Komando atau disingkat Parako. Dalam penugasannya, mereka bisa diterjunkan di mana saja. Mulai dari operasi lintas udara, hingga penyerbuan amfibi dari laut.

Menkomdigi Meutya Hafid Tunjuk Jenderal Densus 88 Antiteror

Grup I berdiri pada 23 Maret 1963 yang bermarkas di Serang, Banten. Komandan pertamanya adalah Mayor Infanteri Benny Moerdani. Grup I membawahi 1.274 personel yang terbagi ke empat batalyon tempur.

Sesmenkopolhukam Agus Surya Bakti

Letnan Jenderal TNI (Purn) Agus Surya Bakti.

Keempatnya yaitu Batalyon 11/Atulo Sena Baladhika, Batalyon 12/Asabha Sena Baladhika, Batalyon 13/Thikkaviro Sena Baladhika, dan Batalyon 14/Bhadrika Sena Baladhika. Berbeda dengan Grup I, Grup III memiliki penambahan spesialisasi, yakni di bidang intelijen.

Hal itu bisa dilihat dari belakang nama satuan, Sandi Yudha. Satuan ini memiliki spesifikasi tugas perang rahasia berupa clandestine operation, di antaranya intelijen tempur atau combat intelligence, dan counter insurgency (kontra pemberontakan). Satuan ini bermarkas di Markas Komando Cijantung, Jakarta Timur.

Tidak mudah menjadi bagian dari satuan ini, setiap calon personel wajib menjalani seleksi yang sangat ketat, mulai dari calon prajurit yang masih pendidikan hingga personel yang sudah bertugas aktif di kesatuan tetapi punya bakat intelijen akan dilatih lagi.

Dari Kopassus, Agus kemudian ditugaskan sebagai Paban Utama C-4 Dit C Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI. Karirnya kian menanjak ketika menjabat Waaster Kasad dan Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT (2012).

Lalu, Pangdam VII/Wirabuana (2015-2017), Pangdam XIV/Hasanuddin (2017–2018), Asintel Panglima TNI (2018), dan terakhir Sesmenko Polhukam (2018–2019). Salah satu prestasi Agus Surya Bakti yang terungkap ke publik adalah ia termasuk ke dalam tim yang menangkap gembong ternama asal Timor-Timur, Xanana Gusmao pada 1992.

Agus Surya Bakti mendapat hadiah berupa kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) oleh pemerintah, dari Letnan Satu (Lettu) menjadi Kapten.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya