Bisnis Kopi Kekinian Bisa Bikin Tajir, Mau?

Ilustrasi nongkrong di kafe/kedai kopi.
Sumber :
  • Pixabay/Pexels

VIVA – Data Tahunan Konsumsi Kopi Indonesia 2019 yang dikeluarkan Global Agricultural Information Network menunjukkan proyeksi konsumsi domestik (Coffee Domestic Consumption) pada 2019/2020 mencapai 294 ribu ton. Angka ini meningkat sekitar 13,9 persen dibandingkan konsumsi kopi pada 2018/2019 yang mencapai 258 ribu ton.

Mengenal Istilah 'Latte Factor' yang Bikin Gen Z dan Milenial Makin Boncos

Selaras dengan hal tersebut, konsumsi kopi di Indonesia juga meningkat. Sejak 2003 sampai 2017, peminum kopi aktif jumlahnya melonjak hingga 144 persen.

Hasil riset Toffin bertajuk 2020 Brewing: Insights for Succesful Coffee Shop Business, menyebutkan 40 persen anak muda atau generasi milenial membeli kopi dari gerai berkonsep RTD (kopi siap saji), atau kopi kekinian, dengan rata-rata belanja alokasi sebanyak Rp200 ribu per bulan dalam satu tahun terakhir.

Mengenal Financial Nihilism yang Ramai di Kalangan Gen Z, Apa Sih Sebabnya?

Penelitian dilakukan di kota-kota besar seperti Jabodetabek, serta berbagai kota besar lain di Indonesia seperti Bandung, Semarang, dan Surabaya itu juga menunjukkan data jumlah kedai kopi kekinian di Indonesia selama tiga tahun terakhir ini terus meningkat.

Hingga Agustus 2019, jumlahnya telah mencapai lebih dari 2.950 gerai. Angka tersebut meningkat hampir tiga kali lipat, atau bertambah sekitar 1.950 gerai, dari 2016 yang hanya sekitar 1.000 gerai.

Milenial hingga Gen Z Diminta Pilih Pramono-Rano Demi Selamatkan Jakarta

Namun, angka riil jumlah kedai kopi kekinian ini bisa lebih besar karena sensus kedai kopi hanya mencakup gerai-gerai berjaringan di kota-kota besar, tidak termasuk kedai-kedai kopi independen yang modern maupun tradisional di berbagai daerah.

Bukan itu saja. Faktor mengapa bisnis kopi kekinian menjamur antara lain karena peran media sosial sebagai strategi marketing dan promosi, serta kehadiran platform ride-hailing seperti GoFood dan GrabFood.

Kemudian, rendahnya entry barriers atau hambatan memasuki bisnis kopi lantaran ketersediaan bahan baku, peralatan mesin kopi, hingga sumber daya bisnis kopi dan margin bisnis kedai kopi cukup tinggi. Dengan demikian proses penjualan kopi semakin mudah.

"Karena itulah nilai pasar bisnis kopi tahun ini kami prediksi mencapai Rp4,8 triliun. Angka ini dihitung berdasarkan asumsi omzet masing-masing gerai mencapai 200 cup sehari dan harga kopi Rp22.500," kata Vice President Sales and Marketing Toffin Indonesia, Nicky Kusuma, di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2019.

Nilai ini diperkirakan semakin besar, karena angka yang disebutkan belum termasuk penjualan kopi di kedai tradisional dan kedai kopi keliling.

Melihat data di atas, ia memperkirakan bisnis kedai kopi kekinian di Indonesia masih positif. Nicky bahkan meyakini pertumbuhannya bisa double digits di tahun depan.

Kendati demikian, ia juga mengingatkan, secara per kapita, konsumsi kopi masyarakat Indonesia relatif masih rendah dibandingkan negara lain, yaitu hanya sekitar 1 kilogram pada 2018.

"Kita kalah sama Vietnam. Tingkat pendapatannya di bawah Indonesia tapi konsumsi kopi per kapitanya mencapai 1,5 kilogram tahun lalu," jelas Nicky.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya