Tanpa Mall, Pendapatan per Kapita Banyuwangi Rp48 Juta

Wisata Pantai Grand Watu Dodol (GWD) Banyuwangi
Sumber :
  • Viva.co.id/Rahmad Noto Kontributor Jawa Timur

VIVA – Para pelaku industri di Indonesia semakin optimis, tahun 2020 akan mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang sangat baik, terutama pelaku industri kreatif serta usaha mikro kecil dan menengah?.

Semangat UMKM, Semangat Angkringan 66

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan, usaha UMKM harus diperkuat. Makanya, kata dia, Banyuwangi itu tidak mengizinkan adanya minimarket maupun mall.

"Policy kami, mohon maaf tidak mengizinkan minimarket. Sudah 10 tahun di Banyuwangi, begitu juga mall, saya tidak izinkan, sudah sembilan tahun," kata Anas di Jakarta, Kamis, 5 Desember 2019.?

Analisis Motivasi Konsumen UMKM Superdecor.id untuk Strategi Pemasaran

Meskipun di Banyuwangi tidak ada pusat perbelanjaan seperti mall, kata Anas, pendapatan per kapitanya itu jauh lebih merata dibanding kota-kota besar di Indonesia.

Dulu, kata dia, di Banyuwangi pendapatan per kapitanya hanya Rp20 juta per orang per tahun, jauh dibandingkan Malang, Jember, Kediri dan kota-kota lainnya.

Airlangga Sebut Jakarta dan Kaltim Sudah Lolos Middle Income Trap

Tetapi, kata dia, sekarang Malang itu sekitar Rp34 juta, Madiun Rp27 juta, dan Banyuwangi sudah kurang lebih Rp48 juta per orang per tahun.

"Kalau Indonesia semua pasar modern diberi karpet merah sampai ke kampung-kampung, maka yang ada itu orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin," jelasnya.

Anas mengungkapkan, ke depan perlu adanya kolaborasi pemerintah daerah dan swasta untuk menguatkan UMKM. Sebab, sebagian daerah masih tergantung dana transfer dan PAD (pendapatan asli daerah). Sedangkan, terkadang PAD sebagian besar tidak tercapai.

"Maka, menurut saya ke depan kuncinya kolaborasi dengan swasta," kata dia.

Menurut dia, kolaborasi itu sangat penting, karena menjadi salah satu alternatif pengembangan UMKM yang tumbuh di daerah-daerah dan pedesaan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya