Suku Bunga Acuan BI Tetap, Bank Harus Tetap Hati-hati Kucurkan Kredit
- VivaNews/ Nur Farida
VIVA – Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate) di posisi 5 persen pada November 2019.
Begitu pula dengan fasilitas tingkat suku bunga deposit dan bunga pinjaman masing-masing tetap di 4,25 persen dan 5,75 persen. Keputusan ini dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam negeri.
Untuk faktor luar negeri, Bank Indonesia memandang karena proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3 persen pada tahun ini, yang dipengaruhi oleh Perang Dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Begitu pula dengan negara-negara lain, seperti Jepang dan di kawasan Eropa.
Hal ini turut mempengaruhi aliran modal asing ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia memperhitungkan sejumlah indikator.
Salah satunya pertumbuhan ekonomi, yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB), sebesar 5,02 persen di kuartal III 2019.
Menurut Head of Danareksa Research Institute, Moekti Prasetiani Soejachmoen, PDB tersebut melambat dari kuartal I dan II 2019, yang tumbuh masing-masing 5,07 persen dan 5,05 persen. Ia menyebut PDB di kuartal ketiga ini bahkan menjadi yang terendah sejak kuartal II 2017.
"Perlambatan ekonomi Indonesia saat ini merupakan dampak dari perlambatan ekonomi global. Itu artinya, permintaan dunia terhadap barang-barang produksi negara-negara juga turun, yang pada akhirnya berdampak pada sektor manufaktur dan komoditas," kata dia di Jakarta, Minggu, 24 November 2019.
Saat ini, ekspor komoditas Indonesia secara volume naik, tetapi karena harganya turun, maka nilai ekspor Indonesia juga turun. Meski begitu, Moekti optimistis ekonomi pada tahun depan akan lebih baik dibandingkan tahun ini.
Alasannya, karena efek Perang Dagang AS dan China dinilai sudah mereda. Selain itu, adanya kepastian Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa) dan dampak dari penurunan suku bunga BI yang akan mulai terasa di awal 2020.
“Penurunan suku bunga BI harus di-adopted ke bank-bank. Biasanya transisi butuh waktu hingga 9 bulan. Jadi suku bunga pinjaman turun dan diharapkan bisnis sektor mulai meminjam dana modal ke bank. Produksi meningkat dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia," tuturnya.
Walaupun suku bunga acuan BI turun, Moekti mengingatkan jika bank tidak dapat serta-merta langsung menurunkan bunga (sticky price). Selain itu, meskipun bank-bank memiliki uang berlebih untuk menyalurkan kreditnya, namun mereka lebih berhati-hati untuk memberikan kredit.
"Ini disebabkan karena sejak beberapa tahun lalu NPL (nonperforming loan) atau tingkat kredit bermasalah di beberapa bank cukup tinggi," ungkap dia.