Imbas Perang Dagang AS-China, Reksa Dana Bisa jadi Pilihan Investasi
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China diperkirakan masih berlanjut. Hal ini berimbas ke pasar keuangan yang masih dipenuhi ketidakpastian hingga akhir tahun ini.
Untuk meredam, Bank Indonesia menerapkan kebijakan penurunan suku bunga acuan. Dalam 3 bulan terakhir, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sampai 75 basis poin (bps) dari 6 persen menjadi 5,25 persen.
Melihat fenomena ini, Direktur Utama Danareksa Investment Management, Marsangap P Tamba, melihat kondisi ini justru membawa angin segar pada pasar obligasi, khususnya obligasi pemerintah.
Berdasarkan data Infovesta per akhir September 2019, dalam kurun waktu 3 bulan, infovesta government bond index mencatatkan kenaikan sebesar 1,79 persen mengalahkan kinerja dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di mana, pada periode yang sama terkoreksi 2,98 persen.
"Ini artinya, pasar obligasi tentunya mendapat 'berkah' tersendiri dengan tren penurunan suku bunga yang terjadi saat ini, khususnya obligasi pemerintah," kata Marsangap di Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2019.
Ia memperkirakan mayoritas bank sentral, seperti AS, Uni Eropa, dan juga negara lain akan kembali melakukan satu kali penurunan suku bunga acuan di sisa tahun ini.
Sementara itu, Bank Indonesia diperkirakan juga akan melakukan langkah serupa mengingat nilai tukar mata uang rupiah yang stabil.
Dengan kondisi seperti itu, maka instrumen reksa dana pendapatan menjadi instrumen yang tepat di saat kondisi sedang tak menentu.
"Kami punya dua Reksa Dana Pendapatan Tetap Unggulan yang bisa menjadi pilihan bagi investor untuk melakukan investasi," jelas Marsangap. Keduanya yaitu Danareksa Melati Pendapatan Utama dan Danareksa Melati Premium Dollar.
Danareksa Melati Pendapatan Utama merupakan reksa dana pendapatan tetap berdenominasi rupiah dengan penempatan pada obligasi pemerintah dan/atau obligasi korporasi dengan rating minimal A.
Sementara, Danareksa Melati Premium Dollar merupakan reksa dana pendapatan tetap berdenominasi dolar AS dengan penempatan pada obligasi pemerintah berdenominasi dolar.
Berdasarkan data infovesta per 30 September 2019, Danareksa Melati Pendapatan Utama memberikan imbal hasil 1 tahun sebesar 16,71 persen, sedangkan Danareksa Melati Premium Dollar membukukan kinerja 10,82 persen.