Genjot Pembiayaan, Begini Strategi Anak Usaha Maybank Indonesia

Ilustrasi pembiayaan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan tingkat inklusi keuangan di Indonesia belum dapat mencapai target pemerintah sebesar 75 persen pada tahun ini. Menurut estimasi, inklusi keuangan nasional hanya akan mencapai 65 persen hingga akhir 2019.

Artinya, sebanyak 65 persen penduduk Indonesia telah terkoneksi dengan internet tetapi belum tentu ke layanan keuangan, seperti pembiayaan.

Karena itu dibutuhkan sinergi antara perusahaan teknologi keuangan (financial technology/fintech) dengan industri keuangan seperti perusahaan pembiayaan atau multifinance.

Bukan itu saja. OJK 'menyentil' multifinance yang masih menggunakan cara lama dalam menawarkan produk pembiayaan kepada calon nasabah.

Ini karena fintech memakai strategi yang lebih kompetitif, sehingga mampu mencatatkan pertumbuhan yang cepat, meskipun baru berkembang dalam lima tahun terakhir.

Menghadapi penghujung tahun yang tinggal dua bulan lagi, Direktur Keuangan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk, Zacharia Susantadiredja, mengaku memiliki beberapa strategi untuk mendongkrak kinerja.

Pangsa pasar

"Kami akan menggenjot volume pembiayaan, menjalin kerja sama dengan diler maupun channeling lainnya seperti fintech," kata dia kepada VIVA, Senin, 21 Oktober 2019. Terkait dengan fintech, Zacharia mengaku anak usaha Maybank Indonesia ini telah bersinergi dengan beberapa fintech.

Tujuannya untuk meningkatkan pangsa pasar dan bisnis pembiayaan. "Kami sudah bekerja sama dengan perusahaan Payment Point Online Bank (PPOB), yaitu Payfazz, Kiosbank, Sohib, serta Gopay untuk program cashback kepada konsumen," jelas Zacharia.

Milenial dan Gen Z Wajib Tahu, Bijak Pakai Fintech

Hingga saat ini, ia mengaku masih menjajaki kerja sama dengan beberapa fintech agar Wom Finance mampu menyentuh seluruh lapisan masyarakat hingga ke daerah-daerah.

Selain menggandeng fintech, Zacharia juga mendorong kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan berbasis teknologi untuk mendukung pertumbuhan bisnis serta mendongkrak pembiayaan bersama mitra strategis dan channel-channel digital.

Menguak Sejarah Pinjol di Indonesia, Ternyata Berawal Dari Ini

RUPSLB

Baginya, transformasi digital ibarat dua sisi mata uang. Bagian dari proses percepatan standar layanan, tapi harus memprioritaskan keamanan data. "Keamanan data bagian dari pembaharuan IT core system kami," paparnya.

Inovasi Baru Bank Digital, Tonjolkan Ekosistem yang Kuat di Industri BPR

Sebagaimana diketahui, anak usaha Maybank Indonesia ini telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 10 Oktober 2019 yang menyetujui untuk mengangkat Wibowo menggantikan Simon Tan Kian Bing. Masuknya Wibowo ke dalam jajaran direksi diharapkan semakin memperkuat manajemen Wom Finance.

Berikut susunan direksi Wom Finance setelah RUPSLB: Direktur Utama Djaja Suryanto Sutandar, Direktur Anthony Y Panggabean, Direktur Wibowo, Direktur Zacharia Susantadiredja, dan Direktur Njauw Vido Onadi.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman

OJK Ungkap Ada 14 Perusahaan Pinjol Belum Penuhi Ekuitas Minimum

OJK ungkap hingga saat ini sebanyak 14 perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) belum memenuhi ekuitas minimum Rp 7,5 miliar.

img_title
VIVA.co.id
6 November 2024