Mimpi Jokowi untuk Ekonomi Indonesia di 2045
- tvOne
VIVA – Presiden Jokowi mengaku produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai US$7 triliun (Rp97 ribu triliun) pada 2045. Ia mengaku bahwa saat itu posisi Indonesia berada di lima besar dunia.
"Mimpi kita tahun 2045 adalah produk domestik bruto Indonesia, yang angkanya hampir Rp100 ribu triliun. Indonesia sudah masuk 5 besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen. Kita harus menuju ke arah sana," ujar Jokowi, dalam pidatonya, seperti dikutip dari VIVAnews.
Dalam hitung-hitungannya, pendapatan masyarakat mencapai Rp320 juta per kapita per tahun atau Rp27 juta per kapita per bulan. "Itulah target kita. Target kita bersama," tegasnya.
Mimpi itu memang menjadi harapan selama ini. Bertepatan dengan 100 tahun Indonesia, Jokowi mengatakan Indonesia harus keluar dari jebakan sebagai negara berpendapatan menengah.
Optimisme itu, menurutnya bukan hanya diucapkan. Tetapi, pihaknya sudah menghitung matang-matang bahwa PDB tertinggi kelima di dunia, bisa dicapai pada tahun tersebut.
"Kita sudah hitung, sudah kalkulasi, target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk kita capai," ujar Jokowi.
Hanya saja, untuk meraih ke sana tentu tidak bisa dilakukan dengan berpangku tangan. Jokowi mengatakan, perlu kerja keras bersama dan kerja cepat bangsa Indonesia disertai kerja-kerja yang produktif.
Sebagai informasi, Jokowi dan Ma'ruf Amin resmi menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2019-2024.
Keduanya dilantik dan diambil sumpah di Gedung DPR/MPR RI Minggu, 20 Oktober 2019 pukul 16.04 WIB, atau telat 1 jam 34 menit dari yang dijadwalkan.
Proses pelantikan ini berjalan selama satu jam. Berikut isi sumpah yang diucapkan Jokowi-Ma'ruf Amin:
"Bismillahirahmanirrahim. Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban sebagai presiden/wakil presiden dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan semua undang-undang dengan selurus-lurusnya, serta berbakti kepada nusa dan bangsa," ujar Jokowi dan Ma'ruf Amin membacakan sebuah kertas secara bergantian.