Tantangan Ekonomi Jokowi: Dari Investor Hengkang Hingga Utang
- bbc
Meski Vietnam duduk di posisi 67, namun negara ini melesat 10 peringkat dibanding tahun lalu, menurut WEF. Di Asia Tenggara, Indonesia masih kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand, namun unggul dari Filipina.
Kebijakan impor yang tidak ramah pengusaha dan sulitnya akuisisi lahan membuat banyak perusahaan hengkang dari China untuk menghindari kenaikan tarif akibat perang dagang dengan AS. Mereka lebih memilih berlabuh di Vietnam.
"Fenomena perusahaan yang memilih Vietnam ketimbang Indonesia sudah terjadi jauh sebelum perang dagang [AS dan China]. Banyak faktornya, Vietnam punya efektivitas birokrasi, ada kebijakan dari pusat yang ditetapkan dengan efektif dan tersalur ke daerah," kata Mohammad Faisal, direktur eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia.
"Di Indonesia, koordinasi kebijakan tidak sinkron antara kementerian di pusat dengan kementerian lainnya, serta di daerah, karena daerah punya otonomi sendiri. Lalu masalah pembebasan lahan di Vietnam jauh lebih mudah karena memang sistem kepemilikan lahan di Vietnam dimiliki oleh negara, sangat berbeda sekali dengan di Indonesia," jelas Mohammad Faisal.
Akuisisi lahan di Indonesia memang terkenal sulit. Minggu lalu Kepolisian Daerah Banten menangkap mafia tanah yang diduga menghambat investasi perusahaan Korea Selatan senilai US$4 miliar, atau Rp56 triliun.
Tersangka mafia tanah tersebut diyakini memalsukan dokumen yang dibutuhkan untuk mendapatkan Sertifikat Hak Milik atas lahan seluas 4,5 hektare. Setelah mendapatkan SHM, mereka mengklaim kepada Badan Pertanahan Nasional bahwa tanah yang akan digunakan oleh Lotte adalah tanah miliknya.
Tak sedikit perusahaan asing yang sudah berada di Indonesia juga memilih keluar pada periode pertama pemerintahan Jokowi yang akan berakhir hari Minggu (20/10).
Pabrikan otomotif asal Jepang Mitsubishi, contohnya, telah memutuskan akan memproduksi mobil low multi purpose vehicle Xpander di Vietnam tahun depan, setelah selama ini memproduksinya di Cikarang sejak tahun 2017.
"Kita makin tertinggal dari saingan kita yang semakin berinovasi dan beradaptasi, daya saingnya bagus, kebijakan ekonominya lebih jelas, dan insentif pajaknya bisa langsung dirasakan oleh pelaku usaha. Sehingga kelihatannya tren relokasi industri lima tahun ke depan akan semakin kencang," kata Bhima.
Selain otomotif, industri lain yang diperkirakan akan mengalami guncangan dalam lima tahun ke depan adalah industri tekstil, di mana sejumlah pelaku usaha telah pindah ke Bangladesh, Sri Lanka, atau Ethiopia.