Tantangan Ekonomi Jokowi: Dari Investor Hengkang Hingga Utang
- bbc
"Pertumbuhan ekonomi lambat di kuartal dua, khususnya menjelang Lebaran, padahal itu titik tertinggi dalam satu tahun di mana konsumsi rumah tangga harusnya mencapai di atas 5,2 atau 5,3%. Tapi kelas menengah atas justru menahan belanja, mungkin khawatir soal kebijakan perpajakan, ada juga yang khawatir soal struktur kabinet mendatang," kata Bhima Yudhistira Adhinegara, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) di Jakarta.
"Untuk kelas menengah ke bawah, ada beberapa tekanan, seperti kenaikan tarif listrik dan BPJS, jadi mereka berjaga-jaga dari sekarang dengan lebih berhemat. Ini efeknya bahaya, karena 57% ekonomi Indonesia ditopang konsumsi rumah tangga," jelas Bhima.
Besaran pertumbuhan yang tidak sesuai harapan memang menodai capaian ekonomi Kabinet Kerja periode pertama di bawah pimpinan Jokowi.
Pada kampanye pemilihan umum 2014, Jokowi dengan ambisius menargetkan pertumbuhan Indonesia sebesar 7 persen. Namun dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh rata-rata lima persen, bahkan sempat menyentuh 4,79% pada tahun 2015.
Pemerintah mematok target pertumbuhan tahun ini sebesar 5,3%, sedikit di atas pertumbuhan 5,17% tahun lalu.
Ada indikasi bahwa target ini pun meleset. Dalam satu minggu terakhir, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) sama-sama memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia menjadi hanya 5% tahun ini, dari yang sebelumnya 5,2% menjadi 5,1%, menurut masing-masing lembaga beberapa bulan silam.
"Ada kemungkinan besar di kuartal empat akan ada penghematan belanja pemerintah karena bersiap untuk menghadapi pelebaran defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Ini yang membuat IMF dan Bank Dunia menaruh proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini pada 5%. Namun, kalau lembaga dunia bilang 5%, biasanya ada kemungkinan realisasi pertumbuhan justru di bawah 5%," ujar Bhima.
Kalah bersaing dari Vietnam dan Malaysia
Janji Jokowi periode satu lainnya yang tidak tercapai adalah menaikkan daya saing industri, di mana Indonesia masih kalah dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia.
Daya saing Indonesia sendiri merosot lima peringkat ke posisi 50, dari 141 negara di dunia, dalam laporan Global Competitiveness Report yang disusun Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahun ini.