Tantangan Ekonomi Jokowi: Dari Investor Hengkang Hingga Utang
- bbc
Tiniur Lumban Tobing kini harus pintar-pintar mengurus pengeluaran keluarganya. Perempuan berusia 49 tahun tersebut menganggur setelah perusahaan tempat ia bekerja di Batam selama 25 tahun tutup bulan Maret tahun ini.
Tiniur, yang akrab disapa Tiur, sebelumnya menjabat sebagai asisten supervisor di pabrik tersebut. Ibu tiga anak tersebut kini hanya mengandalkan pendapatan dari bengkel sepeda motor kecil-kecilan yang dikelola suaminya.
"Kalau yang namanya kita ibu rumah tangga ya harus pintar mengatur belanja. Kita sudah tidak kerja, jadi belanja tidak bisa yang keluar dari kebiasaan. Dulu selama kerja kita bisa bergaya pakai make up sekarang hanya pakai make up ketika mau keluar atau hanya untuk pesta," katanya kepada BBC News Indonesia.
Pabrik tempat Tiur bekerja, PT Foster Electronic Indonesia, membuat perlengkapan audio seperti pengeras suara.
Sebelum menutup pabriknya di Batam, perusahaan melepas sekitar 1.000 karyawan, termasuk Tiur. Perusahaan tersebut pindah ke Myanmar, menurut Dinas Tenaga Kerja Kota Batam seperti dikutip oleh CNBC Indonesia.
"Saya tidak diberitahu kalau perusahaan mau tutup, cuma saya tak kaget karena perusahaan memang saat itu lagi turun produksinya dan orderan berkurang dari tahun 2005," ujar Tiur, yang enggan menyebutkan berapa pendapatannya sekarang dari bengkel.
Mitos pertumbuhan tujuh persen
Relokasi investor asing dari Indonesia ke negara Asia Tenggara lain, terutama Vietnam, Malaysia, dan Thailand, merupakan satu dari sejumlah tantangan ekonomi yang akan dihadapi oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma`ruf Amin dalam lima tahun ke depan.
Investasi yang keluar dari Indonesia mengakibatkan pengangguran meningkat dan konsumsi rumah tangga menurun, seperti Tiur, yang berimbas pada melambannya pertumbuhan ekonomi.
Jokowi juga telah mengatakan bahwa investasi asing (FDI) merupakan kunci bagi Indonesia agar bertahan di tengah ancaman resesi dan ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan oleh semakin intensnya perang dagang Amerika Serikat dan China.