Australia Punya Daging Sapi Premium, Diklaim Rendah Emisi Karbon
- U-Report
VIVA – Data Kementerian Pertanian Tahun 2018 menyebutkan bahwa Indonesia telah memproduksi daging sapi sebanyak 403.668 ton. Sementara itu, total kebutuhan daging di dalam negeri mencapai 663.290 ton.
Artinya, masih ada defisit sehingga untuk memenuhi permintaan dalam negeri dilakukan impor daging sapi dari luar negeri.
Kemudian, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), total volume impor daging sapi Indonesia hingga Mei 2019 mencapai 73,5 ribu ton, dengan nilai impor mencapai US$252 juta (Rp3,51 triliun).
Bicara impor daging sapi, Indonesia tidak bisa lepas dari Australia. Namun, tahukah Anda jika Australia bukanlah produsen daging sapi terbesar di dunia?
Mengacu pada data yang disampaikan Index Mundi Tahun 2019, negeri Kanguru ini berada di urutan tujuh yang total produksinya 2,2 juta ton.
Urutan pertama sampai keenam, secara berturut-turut, yaitu Amerika Serikat atau AS dengan total produksi 12,4 juta ton dan Brasil (10,2 juta ton).
Diikuti oleh Uni Eropa (7,8 juta ton), China (6,5 juta ton), India (4,3 juta ton), serta Argentina (3,02 juta ton). Meski begitu, impor daging ke Indonesia diperkirakan tidak terganggu, khususnya para penggemar daging sapi premium.
Distributor daging sapi di Indonesia, PT Global Pratama Wijaya, memperkenalkan Southland Darling sebagai daging sapi premium jenis Holstein yang bebas antibiotik, bebas bahan pengawet, bebas hormon pertumbuhan, dan bebas genetically modified organism (organisme yang dimodifikasi secara genetis).
Managing Director PT Global Pratama Wijaya, Johana Koswara mengklaim, daging sapi Holstein sudah populer di Benua Amerika dan Eropa karena berkualitas tinggi yang cocok untuk dikonsumsi oleh anak-anak, ibu hamil dan menyusui, dan masyarakat umum untuk menghindari malnutrisi dan anemia.
"Jadi tidak hanya mengedepankan kualitas rasa, tapi juga menjadi pilihan daging sapi premium yang aman dan sehat untuk masyarakat Indonesia," kata dia di Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2019. Johana juga menuturkan daging sapi Holstein mengusung semangat For the Planet, For the Farmers, For You.
Menurutnya, daging sapi Holstein mendukung sustainable food production system yang memastikan penerapan praktik-praktik peternakan yang berkelanjutan, efisien, dan ekonomis. Selain itu, daging sapi ini juga memiliki emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi jenis lain.
“Itu karena usia yang relatif muda sapi jenis Holstein dari Southland Darling memiliki jangka waktu pemberian pakan yang lebih singkat dibandingkan dengan jenis sapi ternak lain seperti Wagyu dan Black Angus. Oleh karena itu carbon footprint-nya juga lebih rendah,” tuturnya.
Di Indonesia, Johana mengatakan, daging sapi premium ini akan segera hadir dalam varian Beef Mince Balance Mix, yakni varian daging sapi Southland Darling cincang yang bisa disesuaikan komposisi antara lean meat dan lemaknya (custom) sehingga cocok untuk konsumen yang sedang berdiet ataupun yang sedang menambah massa otot.
"Para penggemar daging sapi premium di Indonesia sudah bisa menikmati produk daging sapi Holstein di kota-kota besar di Indonesia. Kami membidik B2B, yakni restoran, kafe, dan hotel, serta juga bisa didapatkan secara retail di beberapa supermarket rekanan," jelas dia.