Logo WARTAEKONOMI

Warisan dan Harta Bukan Jaminan jadi Jutawan

Gaji dan Harta Bukan Patokan Seseorang Jadi Jutawan. (FOTO: Shuterstock)
Gaji dan Harta Bukan Patokan Seseorang Jadi Jutawan. (FOTO: Shuterstock)
Sumber :
  • wartaekonomi

Banyak yang mengukur status jutawan atau miliarder atau orang terkaya berdasarkan gaji dan kekayaan yang dimilikinya. Namun, seorang ahli pakar keuangan, Chris Hogan menampiknya.

Berdasarkan hasil wawancaranya dengan para miliarder Amerika Serikat (AS), ia menemukan apa yang menjadi faktor utama seseorang bisa dikatakan sebagai jutawan.

Dalam bukunya yang berjudul Everyday Millionaires: How Ordinary People Build Extraordinary Wealth-and How You Can Too, Hogan menyebutkan investasi dalam rencana pensiunlah yang menjadi faktor utama pundi-pundi menjadi miliarder.

Kendati demikian, banyak orang yang masih mempercayai beberapa mitos untuk meraih kesuksesan menjadi orang terkaya. Melansir dari CNBC Make It, Kamis (12/9/2019), berikut mitos tersebut:

Pekerjaan bergaji tinggi

Bagi banyak orang, siapa yang memiliki gaji tinggi, merekalah yang bisa menjadi jutawan dan kaya raya. Pendapat itu merupakan mitos. Bukan seberapa besar gaji Anda, tapi seberapa mampu Anda mengelola pendapatan itu agar bertambah dalam investasi.

"Keluar dari utang, mempertahankan lebih banyak pendapatan Anda dan berinvestasi secara konsisten, akan menempatkan Anda pada jalan untuk menjadi seorang jutawan," kata Hogan.

Investasi berisiko

Masih banyak orang yang khawatir menggelontorkan hartanya untuk investasi. Mereka beranggapan bahwa investi itu berisiko. Sekalipun ada yang berani berinvestasi, mereka kurang konsisten dan cenderung ingin uangnya bertambah dalam waktu yang cepat.

Bergelar tinggi

Memiliki gelar sarjana penting. Tidak dapat disangkal bahwa 88 persen dari jutawan yang diwawancarai Hogan lulus dengan setidaknya gelar sarjana.

Tapi nyatanya, tidak menutup kemungkinan seseorang yang lulus di universitas biasa untuk jadi miliarder.

Dalam wawancara yang dilakukannya, sebanyak 60 persen jutawan lulus dari perguruan tinggi negeri atau universitas. Selain itu, 8 persen jutawan hanya menempuh pendidikan diploma.

Mewarisi kekayaan

Dari 10 ribu jutawan yang dia wawancarai, 21 persen menerima beberapa bentuk warisan, sementara sekitar 80 persen berasal dari keluarga di bawah tingkat pendapatan kelas menengah.

Tentu saja, memiliki kekayaan turun-temurun dari keluarga bisa mendongkrak kekayaan, tetapi memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan alat keuangan yang Anda inginkan, seperti rekening pensiun yang diuntungkan oleh pajak, dapat memungkinkan siapa saja untuk menjadi orang terkaya, dengan asumsi Anda memiliki dana untuk ditabung.