Kunjungi China, Mendag Targetkan Ekspor Tiga Komoditas RI Meroket

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Istana dan Dewan Perwakilan Rakyat mendesak Kementerian Perdagangan untuk mendongkrak nilai ekspor ke negara-negara baru, serta memanfaatkan kondisi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. 

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

Karena itu, Kamis 18 Juli 2019, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memulai serangkaian langkah lobi di China, untuk mendongkrak ekspor dengan salah satu negeri raksasa ekonomi dunia itu. 

Menurut Enggar, salah satu komoditas yang diharapkan menjadi pendongkrak neraca perdagangan Indonesia dengan China adalah crude palm oil (CPO), buah-buahan, dan sarang burung walet.

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

Adapun sebagai langkah awal, Enggar mengatakan, akan melakukan pertemuan perdana dengan perkumpulan pengusaha dalam forum investasi, untuk menaikkan ekspor sarang burung walet ke sana. 

Diharapkan, dari kesempatan yang diberikan pihak China, Indonesia bisa memanfaatkan lobi, untuk mendapatkan setidaknya US$1 miliar per tahunnya dari ekspor tersebut.

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

"Kalau kita bisa full speed produksi dan ekspor, ini kita bicara nilai US$1 miliar annually. Tetapi kini masih terbatas," kata Enggar di Beijing dalam keterangan tertulisnya, Kamis 18 Juli 2019.

Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia. Sementara itu, China adalah konsumen terbesar sarang burung walet secara global. 

Adapun produksi sarang burung walet Indonesia setiap tahunnya mencapai 1.500 ton. Dari jumlah tersebut, hampir seluruhnya atau sekitar 99 persen diekspor ke berbagai negara, utamanya China. 

Hanya saja, ekspor langsung ke China yang tercatat hanya sekitar 5 persen, sisanya banyak dijual mentah ke Vietnam, Malaysia, dan Hong Kong untuk kemudian diolah serta diekspor ke China.

Berdasarkan data Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI), ekspor produk sarang burung walet yang tercatat secara resmi ke China baru sebanyak 70 ton pada 2018, naik dari 2017 yang mencapai 52 ton dan pada 2016 sebanyak 23 ton. 

Nilai ekspor tersebut, masih di bawah kuota ekspor produk sarang burung walet yang diberikan pemerintah China per tahunnya yang mencapai 150 ton.

"Kita harus push ini meningkat secara tajam. Dan, ini adalah kesempatan besar. Mereka minta kita untuk bicara di depan perkumpulan pengusaha. Untuk mengatur waktu khusus dengan mereka, sangat sulit. Ini adalah kesempatan berbicara dengan mereka semua dalam satu forum," ungkap Enggar.

Enggar menjelaskan, rangkaian lobi ini mutlak diperlukan untuk menaikkan neraca perdagangan. Dia berharap, kesempatan yang diberikan oleh forum pengusaha, Indonesia bukan hanya bisa mengatasi tren penurunan ekspor.

Sebelumnya, dalam pertemuan tingkat kepala negara, Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Joko Widodo membahas kenaikan ekspor 500 ribu ton CPO dari Indonesia ke China. Namun, Mendag Enggar akan berupaya bernegosiasi agar nilai itu bisa digandakan, menjadi 1 juta ton CPO per tahunnya.

Diberitakan sebelumnya, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan, Presiden Jokowi selalu menekankan agar ekspor terus ditingkatkan.

"Presiden ingin kinerja perdagangan diperbaiki, baik dengan jalan meningkatkan ekspor ke negara tradisional maupun non tradisional dan mengendalikan impor, salah satunya dengan cara menginisiasi industri substitusi impor," kata Erani.

Ia mengakui, langkah Kementerian Perdagangan memacu ekspor dengan memperluas pasar sudah terlihat. Langkah tersebut sedikit banyak sudah membuahkan hasil. 

Tahun lalu, ekspor Indonesia naik ke negara-negara non tradisional, seperti Bangladesh (15,9 persen), Turki (10,4 persen), Myanmar (17,3 persen), Kanada (9 persen), dan Selandia Baru (16,8 persen).

"Tahun ini, pemerintah fokus ke pasar Afrika, dengan menandatangani 12 perjanjian. Tiga di antaranya merupakan target pasar baru (sejak 2018), yakni Mozambik, Tunisia, dan Maroko," ucapnya.

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024