Pengemudi Damri Ungkap Alasan Masih Ada Pembelian Tiket di Dalam Bus
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA – Analis kebijakan transportasi Azas Tigor Nainggolan menduga masih ada sejumlah oknum pengemudi layanan Damri Bandara Soekarno-Hatta, yang melakukan pungutan untuk pembelian tiket di dalam bus, meski layanan intermoda itu baru saja menerapkan sistem e-ticketing.Â
Paguyuban Dana Sosial Pengemudi Perum Damri menegaskan, pembelian tiket di lapangan itu hanya terjadi pada kasus-kasus tertentu. Bukan disengaja dilakukan oleh para pengemudi.Â
Ketua PDSP Perum Damri Caslam mencontohkan, pembelian tiket itu dilakukan apabila penumpang naik dari jalan. Uang tiket yang dipungut pun akan dibelikan tiket oleh pengemudi di cek poin tujuan dari rute tersebut.Â
Artinya uang tiket yang dipungut di jalan tersebut, sejatinya masuk ke perusahaan.Â
"Sementara semenjak e-ticketing dilakukan kami tidak dibekali oleh manajemen tiket manual. Dan tiket buat penumpang yang naik di jalan atau tidak beli tiket, dapat kami belikan di pintu masuk kontrol," ujar Caslam kepada VIVA, Selasa 9 Juli 2019.Â
Dia menegaskan, pengemudi tidak sama sekali mempermasalahkan sistem e-ticketing yang diberlakukan. Namun, pungutan untuk pembelian tiket yang dilakukan itu pun sejatinya akibat adanya kendala dari sistem tersebut.Â
"E-ticketing sendiri sudah berjalan kurang lebih tiga bulan ke belakang itu tidak ada masalah buat kami. Cuma memang kami hanya terkendala jaringan," ungkapnya.Â
Permasalahan jaringan ini, lanjut dia, sangat memengaruhi efektivitas perjalanan. Sebab, sering kali tiket penumpang sulit untuk divalidasi oleh mesin. Kendala lainnya, dengan tidak adanya helper atau kenek yang dihapuskan Damri, validasi tiket pun mengganggu waktu perjalanan.Â
Menurut dia, walaupun e-ticketing dilaksanakan untuk perhitungan jumlah penumpang, tetap semua di akhir kegiatan yang menjadi acuan adalah jumlah penumpang di Laporan Muatan Bus (LMB).Â
"LMB sendiri sudah ada petugas yang bisa dijamin independensi serta keakuratanya untuk mengecek setiap perjalanan yang disebut Petugas Pengawas Angkutan (PPA). Jadi kecil kemungkinan kami untuk menjual tiket yang sudah dijual, karena tetap patokan awalnya adalah LMB tersebut," tuturnya.Â