Meski Neraca Dagang Surplus, Darmin Akui Defisit Migas Masih Besar
- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
VIVA – Neraca Perdagangan Indonesia pada Mei 2019 mengalami surplus US$210 juta. Surplus terjadi karena nilai ekspor tercatat sebesar US$14,74 miliar, jauh lebih tinggi dibanding nilai impor US$14,53 miliar.
Berdasarkan sektor, neraca perdagangan minyak dan gas bumi atau migas pada bulan itu masih mengalami defisit sebesar US$977,8 juta. Sementara itu, untuk sektor non migas, tercatat surplus sebesar US$1,18 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia sudah bagus. Namun, diakuinya perdagangan sektor migas memiliki defisit yang besar yang tentunya masih menjadi sorotan.Â
"Intinya adalah, neraca perdagangan kita bulan Mei ini bagus. Walaupun migasnya masih agak besar defisitnya, tapi bisa ditutup oleh surplus nonmigas," kata Darmin di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 24 Juni 2019.Â
Namun begitu, Darmin mengatakan, capaian ekspor Indonesia pada Mei adalah salah satu yang paling tinggi selama beberapa bulan terakhir. Ekspor Mei naik 12,42 persen dibanding April 2019 yang senilai US$13,11 miliar.
Sementara, saat ditanya apakah pemerintah khawatir impor yang anjlok sebesar 5,62 persen karena barang modal dan bahan baku akan menyebabkan industri berjalan lambat, Darmin membantah hal itu. "Ya jangan lihat sebulan saja. Bulan ini ya masih begitu, bulan depan bisa saja impornya naik," katanya.Â
Di satu sisi, kebijakan pembatasan impor yang dilakukan pemerintah sebetulnya tak banyak memengaruhi penurunan impor. "Jangan dilihat karena pembatasan impor lah. Itu enggak banyak artinya, karena memang ini ekonominya saja. Jadi bulan depan bisa lain ceritanya," ujarnya.Â