The Fed Akan Turunkan Suku Bunga
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve akan melakukan penurunan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate. Hal itu disebabkan risiko penurunan ekonomi global semakin jelas dan nyata pada Semester II-2019.
Dia mengatakan, Ketua The Fed, Jerome Hayden Powell saat pertemuan G20 di Fukuko, Jepang, dua hari lalu, mengakui bahwa downside risk perekonomian global akibat terus meningginya intensitas perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China semakin terasa pada Mei 2019. Akibatnya perlu diantispasi dengan kebijakan suku bunga yang lebih terarah.
"Kalau Anda lihat ini intensitasnya Mei ini baru terasa dan terjadi, sehingga kalau dari language-nya, Fed tetap mengatakan bahwa policy mereka data driven dan mereka confirm bahwa risiko menjadi lebih besar," tutur dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa, 11 Juni 2019.
Kata Sri, Jerome melihat kondisi risiko tersebut tidak hanya sebagai risiko ekonomi global semata, melainkan akan berdampak secara tidak langsung terhadap perekonomian Amerika Serikat.Â
Makanya, dia mengatakan, The Fed mengkonfirmasi bahwa suku bunga acuannya tidak akan naik tahun ini dan selanjutnya akan berpotensi menurun.
"Mereka tidak hanya melihat dari dalam negeri tapi juga melihat risiko ekonomi global jadi lebih nyata, sehingga kemungkinan akan terjadi lagi feedback-nya kepada perekonomian AS, sehingga signal mereka adalah lebih lihat situasi ini dan terbuka dari sisi direction," tegas dia.
"Kalau beberapa economist telah memperkirakan penurunan suku bunga bahkan sampai dua kali akhir tahun ini. Tapi kemarin signalnya tidak secara firm turun tapi mereka mengatakan risiko makin besar, itu berarti kenaikan tidak terjadi lagi, jeda akan dilakukan dan kemungkinan terjadi penurunan," tambahnya.
Dengan kondisi itu, dia menilai Indonesia akan memanfaatkan arah kebijakan suku bunga global tersebut, yang saat ini memang memiliki kecenderungan untuk turun, dengan mendorong arus investasi asing masuk ke Indonesia. Sehingga downside risk ekonomi global bisa diantisipasi terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
Caranya, dengan fokus membuat motor penggerak ekonomi Indonesia dari permintaan domestik, seperti konsumsi dan belanja pemerintah dioptimalkan, sehingga investasi bisa terdorong meningkat meskipun motor penggerak dari sisi ekspor harus terdampak downside risk tersebut.
"Namun keputusan investasi itu selalu kombinasi, tidak selalu cost of fund tapi juga dari sisi prospek ekonomi, sehingga kita tetap berharap bahwa ekonomi Indonesia yang bisa di atas lima persen memberi confident, di sisi lain cost of fund-nya makin turun," ujar dia.