Ekonomi Global Makin Loyo, Menkeu: Semester II RI Fokus Raup Investasi
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan risiko penurunan perekonomian global semakin nyata pada Semester II-2019. Hal itu membuat Bank Dunia, IMF hingga OECD proyeksikan pertumbuhan ekonomi 2019 di kisaran 3,3 persen atau turun 0,5 persen dari proyeksi awal.
Menurut dia, downside risk dari perekonomian global tersebut semakin nyata setelah perang perdagangan antara Amerika Serikat dengan China tidak kunjung reda. Hal itu berimplikasi terhadap melambatnya perdagangan internasional, yakni hanya sebesar 2,6 persen.
Padahal, lanjut Menkeu, saat perekonomian global masih sehat, maka pertumbuhan perdagangan internasional akan dua kali di atas pertumbuhan ekonomi. Misalnya, bila pertumbuhan ekonomi 3,3 persen maka perdagangan internasional akan senilai kisaran enam persen.
"Bahkan terendah sejak krisis ekonomi 2008 yaitu hanya tumbuh 2,6 persen. Selama ini ekonomi dunia tumbuh sehat growth perdagangan internasional dua kali lebih tinggi dari pertumbuhan dunia. Sekarang hanya tumbuh 2,6 persen," kata Sri Mulyani di kantornya, Selasa 11 Juni 2019.
Untuk itu, dia mengaku, pemerintah akan semakin waspada terhadap semakin jelas dan nyatanya downside risk tersebut terhadap perekonomian global. Sebab, dikatakannya hal itu tentu akan memengaruhi perekonomian domestik Indonesia karena output pertumbuhan seperti ekspor akan terpengaruh.
"Artinya untuk Indonesia kita akan melihat bahwa tantangan dari growth global yang melemah itu untuk paruh kedua menjadi sangat nyata," tegas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Dia pun membeberkan untuk menghadapi kondisi tersebut maka pemerintah akan menaruh perhatian kuat pada investasi asing demi mendorong laju pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.
Sebab, lanjut Sri Mulyani, suku bunga bank sentral dunia saat ini memiliki kecenderungan turun, sehingga bisa mengakomodir arus investasi masuk ke negara-negara berkembang.
"Nah untuk Indonesia berarti kita melihat mix policy kita juga harus perbarui dengan perkembangan ini. akhir tahun ini atau pada Semester II kita harapkan dengan interest rate cenderung turun namun di sisi lain global environment melemah kita mungkin bisa boost investasi karena tensi ke suku bunga jadi lebih rendah," jelas dia. (ren)