Okupansi Hotel Anyer Sepi Pasca-Tragedi Tsunami Selat Sunda
- ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
VIVA – Tingkat hunian atau okupansi hotel di Anyer menurun drastis. Penurunan ini pasca-tragedi tsunami Selat Sunda yang melanda sebagian wilayah Banten.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Serang, menyatakan dengan penurunan ini maka harus ada strategi baru.
"Yang dibutuhkan untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan ke Anyer adalah rebranding, saat ini belum maksimal dilakukan," kata Titie Masniaty, pengurus PHRI Serang, Minggu, 9 Juni 2019.
Dia mencontohkan, resort Allisa yang dikelolanya hanya terisi 50 persen. Rata-rata lama waktu menginap tamunya dalam momen Lebaran Idul Fitri ini hanya dua hari terhitung sejak 4 Juni 2019. Okupansi saat lebaran ini terbilang sudah mengalami peningkatan tapi tak signifikan.
Meski hotel yang dikelolanya memiliki berbagai fasilitas, tetap saja tingkat okupansi masih jeblok. Padahal, fasilitas di hotel tersebut punya sarana olahraga air, kolam renang, tempat fitnes,massage, snorkeling hingga wisata ke Pulau Sangiang.
Belum lagi masyarakat bisa memilih wisata alternatif seperti kebun Teh Cikuya, pemandian air panas alami, Pantai Sawarna.
Bupati Lebak, Iti Oktavia Jayabaya tak menampik kekurangan fasilitas masih jadi kendala okupaansi hotel di wilayahnya. Meski misalnya wisatawan asal Jakarta bisa menaiki KRL dan turun di Stasiun Rangkasbitung.
Namun, memang belum banyak angkutan umum ke lokasi wisata di Kabupaten Lebak, sehingga harus menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa Mobil.
Hanya Museum Multatuli yang representatif dijangkau menggunakan kendaraan umum, karena letaknya berada di dekat Alun-alun Rangkasbitung. "Kalau (fasilitas) dibilang lengkap enggak yah. Target sebanyak banyaknya (wisatawan). KRL siap melayani, tiap hari penuh. Museum multatuli buka," kata Iti.