Mau Lebaran Harga Melejit, Pemerintah Harus Punya Manajemen Logistik
- ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
VIVA – Pemerintah dikritik, harus memiliki manajemen logistik yang baik untuk mengantisipasi kenaikan harga kebutuhan pangan jelang hari raya Idul Fitri. Cara ini dinilai perlu, karena setiap jelang lebaran, harga selalu melonjak.
Direktur Program dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti menekankan, harus berbuat sesuatu dengan manajemen logistik.
"Di sektor pangan, pemerintah harusnya buat suatu manajemen logistik yang bagus. Di mana harus ada perhitungan panennya kapan, sehingga produksinya cukup dan kalau demand-nya tetap, maka harga akan stabil," kata Esther dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 25 Mei 2019.
Esther mengatakan, jika melihat harga-harga jelang Lebaran di awal 2019, yang naik itu biasanya harga rata-rata produk hewani seperti daging sapi, ayam, telur.
"Kemudian, produk holtikultura seperti bawanh putih, bawang merah, cabai, serta garam dan beras," ujarnya.
Menurut dia, koefisien variasinya kurang dari satu persen dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara itu, harga produk hewani kenaikannya mencapai 2-5 persen.
"Kenaikan paling tinggi itu di cabai-cabaian dan bawang-bawangan. Bahkan, ini menjadi fenomena terbaru ketika kenaikan harga bawang putih mencapai 23,66 persen dibandingkan tahun lalu," kata Esther.
Dia pun membeberkan alasan, kenapa harga bawang putih bisa sampai naik 23,66 persen. Menurutnya, hal itu karena pemerintah telat di mana izin impor baru keluar pada 18 April 2019. Sementara itu, keputusan untuk melakukan impor itu sudah diputuskan sejak bulan Maret 2019.
"Kalau kita bisa lebih cepat dari 10 Mei, di mana saat itu baru didistribusikan. Itulah yang membuat kenaikan bawang putih melonjak tajam," kata Esther.
Karena itu, Esther mengingatkan, pemerintah harus membuat manajemen logistik yang bagus dengan timing impor yang tepat. Karena, kalau supply suatu komoditas terbatas, tapi demand-nya naik, harganya juga akan naik.
"Seperti beras, di 2018 itu pemerintah impor satu juta ton beras dan itu masih ada sisa. Kemudian, ada faktor panen raya akhir April sampai awal Mei. Sehingga, stok cukup dan kenaikan harga beras tidak terlalu melonjak," ujarnya. (asp)