Imbas Perang Dagang AS-China, IHSG Terkoreksi 6,16 Persen Sepekan Ini
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat adanya penurunan data pergerakan perdagangan selama pekan kedua Ramadan 2019. Di samping itu, pada penutupan perdagangan di akhir pekan tersebut, investor juga tercatat melakukan aksi jual bersih.
Sekretaris Perusahaan BEI, Yulianto Aji Sadono, mengatakan pergerakan data perdagangan BEI selama sepekan, yakni 13-17 Juni 2019, rata-rata volume transaksi harian mengalami kenaikan sebesar 1,43 persen menjadi 12,74 miliar unit saham dari 12,56 miliar unit saham pada pekan sebelumnya.
Meski rata-rata volume transaksi meningkat, dia mengatakan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi sebesar 6,16 persen ke level 5.826,87 dari 6.209,12 pada penutupan pekan lalu.
Untuk nilai kapitalisasi pasar BEI, Yulianto juga mengatakan bahwa mengalami koreksi sebesar 6,15 persen menjadi Rp6.629,63 triliun dari Rp7.064,09 triliun pada penutupan pekan lalu. Artinya, kapitalisasi pasar BEI turun Rp434,46 triliun salam sepekan.
"Rata-rata nilai transaksi harian BEI mengalami perubahan sebesar 14,38 persen menjadi Rp7,74 triliun dari Rp9,04 triliun pada pekan sebelumnya," kata dia seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu, 18 Mei 2019.
Adapun untuk rata-rata frekuensi transaksi harian BEI selama sepekan, dikatakannya, juga mengalami penurunan sebesar 0,29 persen, yakni menjadi 408,03 ribu kali transaksi dari 409,21 ribu kali transaksi pada pekan lalu.
"Sepanjang tahun 2019, investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp57,416 triliun dan pada hari ini (Jumat, 17 Mei 2019) investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp789,29 miliar," ungkap Yulianto.
Kepala Riset Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan terkoreksinya IHSG tidak terlepas dari buruknya sentimen pelaku pasar akibat semakin tingginya tensi perang perdagangan antara Amerika Serikat dengan China. Terutama, setelah China melakukan aksi jual obligasi pemerintah AS atau US Treasury Bonds sebagai bentuk respons mereka terhadap tekanan perdagangan AS.
Dia mengungkapkan, kepemilikan China pada USTB turun menjadi US$1,12 triliun pada Maret 2019, terendah sejak Mei 2017. Posisi China tersebut tercatat sebesar 32 persen dari total kepemilikan asing pada USTB dari Negara-negara Asia, dan 17,3 persen dari total kepemilikan asing pada USTB yang sebesar US$6,473 triliun.
"Tampaknya pembalasan China terhadap tekanan dagang dari Amerika Serikat melebar dengan mulai menjual obligasi AS yang dimiliki. Antisipasi terhadap konflik dagang yang menguat telah dilakukan China dengan mulai mengurangi posisinya pada obligasi pemeritnah AS pada Maret 2019 lalu," ungkap dia. (ase)