Ekspor Susah Diandalkan Dongkrak Ekonomi, Pemerintah Genjot Investasi

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution memperkirakan, tensi perang perdagangan antara Amerika Serikat dengan China, yang kembali mulai meninggi akan terus berlangsung dalam jangka panjang. 

Waspadai Perang Dagang Jilid II ala Trump, Sri Mulyani: Pasti Akan Berdampak Langsung ke Ekonomi

Akibatnya, kinerja ekspor ke depannya diperkirakannya tidak akan bisa diharapkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Itu tergambar dari neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 yang defisit terburuk, yakni US$2,5 miliar akibat ekspor turun sebesar 10,80 persen sementara impor naik 12,25 persen.

"Bagaimana mendorong ekspor, mungkin tidak mudah sekarang ini. Setelah perang dagang apalagi, perang dagang makin meningkat," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Jumat 17 Mei 2019.

Investor China Serbu RI Akibat Kebijakan Trump, Kemenperin: 'Gembira tapi Juga Khawatir'

"Kita tidak yakin bahwa itu akan jangka pendek, karena kalau mereka sudah kapok, mestinya mereka berdamai cepat-cepat, itu berarti enggak kapok. Karena itu, ini bukan jangka pendek," tambahnya.

Menurut Darmin, untuk mengantisipasi kondisi tersebut, pemerintah saat ini akan fokus untuk mendorong kinerja investasi agar lebih kuat. Salah satunya adalah dengan memperluas kebijakan insentif fiskal melalui tax holiday. Dengan begitu, diharapkan arus investasi semakin kencang untuk membuka lapangan pekerjaan.

BI Proyeksikan Ekonomi Dunia Meredup hingga 2026, Bagaimana Indonesia?

"Karena itu, yang penting sekarang kita mendorong investasi bukan hanya untuk ekspor, untuk subsitusi impor. Dan, itu sejalan juga dengan tax holiday yang kita berikan, bahwa kita menginginkan bukan hanya untuk ekspor, tapi juga menggantikan impor," tegasnya.

Dengan semakin luasnya pemberian insentif fiskal tersebut diharapkannya akan bermunculan berbagai industri yang bisa menghasilkan produk-produk substitusi impor. Sehingga, lemahnya kinerja ekspor bisa diredam dengan penurunan impor karena digantikan dengan barang-barang bahan baku yang mampu diproduksi dalam negeri.

"Kalau mau ekspor kelihatannya kita harus lebih cermat, apa barangnya. Itu sudah harus diidentifikasi dengan baik. Kalau hanya dicoba-coba dalam situasi seperti ini, itu tidak benar," ungkap Darmin. (asp)

Bank of Japan (BOJ)

Bursa Asia Bervariasi, Investor Tunggu Arah Kebijakan Suku Bunga Jepang

Bursa Asia-Pasifik menunjukkan pergerakan fluktuasi pada perdagangan, Rabu (18/12/2024). Investor sedang menilai sejumlah data ekspor-impor jelas penetapan suku bunga.

img_title
VIVA.co.id
18 Desember 2024