Meski Harga Daging Naik, Warga Aceh Tetap Gelar Tradisi Meugang
- Dani Randi/ VIVA.co.id
VIVA – Dua hari sebelum memasuki bulan Ramadan, masyarakat Aceh sibuk melakukan Meugang untuk menyambut bulan penuh berkah tersebut. Meugang adalah sebuah tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Tradisi ini identik dengan kebersamaan, dengan makan daging sapi atau kerbau yang dimasak dengan beraneka ragam. Memasuki hari Meugang di Aceh, Sabtu, 4 Mei 2019, rakyat berbondong-bondong membeli daging sapi maupun kerbau.
Meski harga naik hingga 50 persen, warga Aceh tetap membelinya asalkan bisa mengikuti hari Meugang dengan anggota keluarganya.
Tradisi Meugang juga ditandai dengan munculnya pasar daging dadakan di pinggir jalan. Pasar ini hanya bertahan selama tiga hari, sebelum memasuki Ramadan. Mereka membuka lapak dan menjajakan daging segar kepada pembeli.
Dari pantauan VIVA, harga daging kerbau atau sapi yang semula per kilogramnya Rp120 ribu, kini di sejumlah daerah di Aceh, dibanderol hingga Rp200 ribu per kilogram.
Misalnya di daerah Kabupaten Aceh Barat Daya, di beberapa titik lokasi, pedagang menjual daging sapi mulai Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per kilogram. Harga ini diprediksi bertahan hingga satu hari sebelum masuk bulan Ramadan.
Sementara itu, di wilayah Kota Banda Aceh, daging untuk Meugang mencapai Rp170 ribu per kilogram. Kemudian di Aceh Barat, Rp180 ribu per kilogram. Mahalnya daging dikarenakan harga sapi lokal naik jelang Meugang.
"Kita menjual daging dengan harga Rp170 ribu karena memang harga sapi lokal naik jelang Meugang," kata Ridwan, seorang pedagang daging di Neusu, Banda Aceh.
Harga daging yang dijualnya merupakan daging dengan kualitas bagus. Kebanyakan masyarakat, kata dia, lebih memilih membeli daging sapi lokal daripada daging sapi luar. Meskipun mahal mereka tetap membeli.
“Ini biasa, dari tahun ke tahun juga harganya naik. Berapa pun harga pasti masyarakat beli,” kata seorang warga Banda Aceh, Lisnawati.