Apindo Harap Usai 22 Mei 2019 BI Bisa Turunkan Suku Bunga Acuan
VIVA – Pengusaha meminta supaya Bank Indonesia (BI) bisa segera menurunkan suku bunga acuannya, yakni BI 7-day reverse repo rate, yang saat ini bertengger di posisi enam persen. Hal itu disebabkan kondisi perekonomian global dan domestik di anggap sudah kondusif.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menjelaskan, jika suku bunga terus dipertahankan di tengah kondisi perekonomian secara umum saat ini yang telah membaik. Maka perusahaan-perusahaan semakin kesulitan mencari sumber pendanaan kembangkan bisnis.
Sebab, dengan posisi suku bunga acuan BI yang telah naik 175 basis poin atau telah bertengger di posisi enam persen, sudah membuat suku bunga pinjaman perbankan di posisi double digit atau di atas 10 persen.
Sementara, lanjut Hariyadi, negara-negara tetangga lainnya, seperti Malaysia hingga Singapura suku bunga banknya hanya di kisaran tujuh persen.
"Kalau begini terus kita di sektor riil jadi masalah. Di perbankan suku bunganya kurang kompetitif, di pasar modal juga enggak murah," kata dia di Gedung BI, Jakarta, Jumat 3 Mei 2019.
Selain itu, menurut dia, meski pasar modal terus mengalami perkembangan untuk menjadi sumber eksternal pembiayaan bagi perusahaan untuk mencari dana pengembangan bisnisnya. Namun ditegaskannya, perbankan masih jadi sumber pembiayaan utama.
"Tentunya dengan perbankan jadi backbone harapan kami ada kondisi realistis, membuat suku bunga kita kompetitif," tegas dia.
Untuk itu, dia mengharapkan, dengan kondusifnya kondisi ekonomi saat ini, terutama setelah sepanjang 2018 penuh tekanan akibat normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat maupun perang perdagangannya dengan China, kebijakan penurunan suku bunga bisa memberi sinyal positif bagi investor, khususnya setelah Pengumuman Pemilu 2019 pada 22 Mei 2019.
"Dan BI 7 day reverse repo rate enam persen kami lihat pasca 22 Mei kondisinya positif kita harap BI ambil kesempatan pertama koreksi itu, jadi enggak ada people power yang ada purchasing power. Kalau abis 22 Mei ada titik balik positif, ini momentum untuk beri sound yang positif," ujarnya.