Pasar Ekspor Sarung Tangan Kesehatan ke Negara Berkembang Menjanjikan

Ilustrasi sarung tangan.
Sumber :
  • Instagram @jr205series

VIVA – Indonesia dan beberapa negara di Kawasan Asia, memiliki tingkat konsumsi sarung tangan kesehatan per kapita yang masih rendah, dibandingkan dengan sebagian negara Eropa. 

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

Direktur Utama PT Mark Dynamics Indonesia Tbk, Ridwan Goh mengungkapkan, tingkat konsumsi sarung tangan kesehatan di Indonesia tercatat hanya tiga sarung tangan per kapita. Jumlah tersebut hanya mengalahkan India, yang konsumsinya satu sarung tangan per kapita. Hal ini merupakan potensi bisnis yang bisa dikembangkan.

“Tingkat konsumsi sarung tangan di China, masih jauh lebih baik, yaitu empat sarung tangan per kapita. Namun, masih kalah dibandingkan dengan Denmark, sebagai negara dengan tingkat konsumsi sarung tangan kesehatan terbesar yaitu 335 sarung tangan per kapita,” kata Ridwan dikutip dari keterangan resminya, Senin 29 April 2019. 

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

Berdasarkan data yang diperoleh dari MARGMA 2019, secara statistik pasar menunjukkan perbedaan besar dalam konsumsi per kapita antara negara maju dan negara berkembang.  Negara-negara dengan konsumsi sarung tangan rendah per kapita yang memiliki populasi besar dan pertumbuhan PDB yang tinggi menunjukkan peluang besar untuk pertumbuhan permintaan sarung tangan. 

"Diperkirakan pertumbuhan konsumsi global akan terus berasal dari peningkatan dari negara-negara berkembang di mana konsumsi per kapita yang ada jauh lebih rendah daripada negara-negara maju," ungkapnya. 

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

Lebih jauh, Ridwan Goh menyatakan, peluang pasar menguat di beberapa negara berkembang menyusul larangan penggunaan sarung tangan kesehatan berbasis PVC di China. Hal ini membuat sarung tangan kesehatan berbahan baku karet dan nitrile memperoleh peluang tumbuh yang lebih besar. 

“Pasar yang masih tumbuh antara 8 hingga 10 persen per tahun dalam 15 tahun terakhir berpotensi tumbuh semakin besar akibat bergesernya bahan produksi sarung tangan,” ungkapnya.  

Direktur Utama PT Mark Dynamics Indonesia Tbk Ridwan Goh.

Sebagai produsen cetakan sarung tangan kesehatan, informasi pasar ini memberi peluang besar bagi pertumbuhan Perseroan. Tren pertumbuhan yang dicapai setidaknya dalam tiga tahun terakhir akan terus berlanjut. 

Menurut Ridwan, meskipun konsumsi dalam negeri masih rendah, tapi peluang menjaga pasokan ke pasar ekspor akan menjaga pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. 

Indonesia sendiri menurut laporan MARGMA, sudah menjadi sasaran ekspor sarung tangan kesehatan bagi produsen sarung tangan kesehatan (khususnya sarung tangan untuk surgical) di Malaysia, yaitu mencapai 2,5 persen dari total ekspor sarung tangan surgical. Hal ini menunjukkan konsumsi sarung tangan kesehatan di dalam negeri akan terus meningkat.

Ridwan menambahkan, saat ini, perseroan memiliki beberapa pabrik dengan total kapasitas produksi sebesar 610 ribu unit per bulan. Tahun lalu, perseroan melakukan investasi untuk pengembangan kapasitas produksi dan diharapkan akan berkontribusi positif mulai 2019. 

“Kami sedang dalam proses meningkatkan kapasitas produksi, di mana akan bernilai positif bagi kinerja kami dan tentunya memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi Perseroan,” kata Ridwan.

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024