BKPM Dorong Suksesnya Kebijakan One Belt One Road dengan China
- Dok. BKPM
VIVA – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM, Thomas Trikasih Lembong, menyatakan komitmennya mendukung kesuksesan inisiatif kerja sama pembiayaan pembangunan ekonomi antara China dengan negara mitranya, atau dikenal dengan One Belt One Road Initiative.
Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara di acara Thematic Forum yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan 2nd Belt & Road Forum for International Cooperation (BRFIC). Kegiatan itu diselenggarakan pada 25-27 April 2019 di Beijing, China.
Menurut Thomas, kerja sama pembangunan ekonomi yang telah diinisiasi oleh Presiden China Xi Jinpin sejak 2013, memang tidak mudah direalisasikan. Namun, kerja sama tersebut ditegaskannya tetap penting dijalankan dalam menghadirkan sumber baru bagi perkembangan ekonomi dunia.
"Kerja sama Belt and Road adalah kerja sama yang ambisius dan kompleks. Namun di balik itu semua, dapat berpotensi menjadi tujuan mulia untuk ekonomi dunia melalui pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan, menghubungkan pelaku ekonomi dunia yang akan berdampak pada peningkatan perdagangan pariwisata dan investasi negara-negara berkembang," kata dia melalui siaran pers, Jumat, 26 April 2019.
Karenanya, pada kesempatan itu, Thomas mengajak para peserta yang hadir, yang mayoritas merupakan pimpinan politik dan teknokrat, untuk menyadari kewajiban moral, serta menyukseskan Belt and Road Initiative di masing-masing negara, regional dan dunia.
Meski belum ada kepastian jelas dari realisasi inisiatif tersebut di Indonesia, Thomas memastikan China dan Indonesia telah memiliki kerja sama pembangunan ekonomi yang kongkrit dengan fokus kerja sama di empat daerah, yakni Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali, atau yang lebih akrab disebut “Economy Corridor”.
Ia menjelaskan, pemilihan tiga daerah tersebut didasarkan pada lokasi dan potensi yang menjadi kekuatan daerah tersebut. Misalnya, Sumatera Utara merupakan Logistik Hub terbaik karena berada di Selat Malaka, sedangkan Kalimantan Utara dikenal akan world-class hydro power resources.
"Khusus untuk Sulawesi Utara, jumlah wisatawan asal China per tahun yang semula 12.000 pada 2014 menjadi 180.000 pada 2018. Hal ini mendorong industri pariwisata dan pembukaan lapangan pekerjaan serta jasa-jasa pendukungnya," ujarnya. (mus)