Laba Bersih SMF Capai Rp437 Miliar pada 2018
- VIVA.co.id/Arrijal Rachman
VIVA – PT Sarana Multigriya Finansial atau SMF mencatatkan laba bersih sebesar Rp437 miliar pada 2018. Angka tersebut naik 10,1 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp397 miliar.
Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo menjelaskan, capaian pendapatan bersih didukung dengan porsi penyaluran pinjaman per 31 Desember 2018 mencapai Rp15,37 triliun, atau meningkat 38,5 persen dibanding 2017 sebesar Rp11,10 triliun.
Pertumbuhan penyaluran pinjaman juga diiringi dengan penerbitan surat utang korporasi sebagai sumber pendanaan hingga akhir 2018 yang mencapai Rp10,23 triliun. Sementara itu, total aliran dana yang disalurkan selama periode tersebut dalam bentuk kegiatan sekuritisasi mencapai Rp2 triliun.
Meski kenaikan suku bunga acuan pada 2018 telah naik lebih dari empat kali, Ananta mengatakan, kinerja sekuritisasi tersebut sesuai dengan target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan atau RKAP 2018 mencapai 100 persen. Sementara itu, untuk penyaluran pinjaman mencapai 102 persen dari target dan penerbitan surat utang di bawah target, yakni 92,52 persen.
"Dengan masa-masa yang penuh tantangan karena kita ingat kenaikan suku bunga lebih dari empat kali, tapi penyaluran pinjaman tetap sesuai target, on track, sekuritisasi dilakukan dengan baik, penerbitan surat utang sesuai harapan dan juga strategi khusus pemegang saham dapat kita laksanakan sesuai jadwal," katanya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu 10 April 2019.
Kinerja keuangan pada 2018 tersebut ditegaskannya merupakan hasil audit yang telah dilakukan kantor akuntan publik PricewaterhouseCoopers (PwC) dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian atau WTP.
Ananta mengatakan, dari seluruh dana yang telah dialirkan, SMF telah membiayai kurang lebih 765 ribu debitur KPR yang terbagi atas 86,05 persen wilayah barat, 13,52 persen wilayah tengah dan sisanya sebesar 0,43 persen wilayah timur.
"Penyebarannya belum merata masih di bagian barat hampir 87 persen, tengah 13,52 persen, timur hanya 0,43 persen jadi challenging kita bagaimana pemerataan itu," ungkapnya.