Jonan Tak Suka Laporan Lifting Akhir Bulan, Begini Respons SKK Migas
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan menyampaikan dirinya tidak suka laporan lifting migas yang disampaikan oleh SKK Migas menumpuk di akhir bulan. Hal itu disampaikan, saat melantik dua pejabat baru SKK Migas.Â
Kata Jonan, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas yang baru, Arief Setiawan Handoko memiliki partisipasi besar untuk melaporkan data lifting. Ia berharap SKK Migas mampu memperbaiki, agar laporan lifting tidak melulu ditumpuk di akhir bulan.Â
"Saya juga enggak happy, kan orang tanya saya lifting bagaimana. Saya minta, setiap bulan lifting harus sama atau bisa lebih besar (dari target APBN). Kalau bisa, jangan semua (laporan) ditumpuk di akhir bulan," kata Jonan di ruang Sarulla Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis 4 April 2019.
Selama ini, lanjut dia, laporan lifting itu sebaiknya adalah laporan harian, namun selalu ditumpuk pada akhir bulan. "Ini ditumpuk di akhir bulan, saya enggak suka. Kalau kita bisa per hari paling kurang (per) dua minggu lah," kata mantan Menteri Perhubungan itu.Â
Menurutnya, laporan lifting itu penting sekali agar monetisasi lapangan migas bisa berjalan normal. Sehingga, pengendalian kebutuhan migas dalam negeri, termasuk impor bisa dikendalikan lebih baik.Â
Ditemui terpisah, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengaku juga mengupayakan penyampaian laporan lifting tidak ditumpuk di belakang. Tetapi, menurutnya, lifting itu juga tergantung dengan proses pengapalan.
"Lifting itu juga kaitannya dengan pengapalan, enggak akan mungkin kita lifting kalau kapal enggak siap. Lalu juga kaitannya dengan stok di kilangnya," ungkap mantan Direktur Utama PT Pertamina itu.Â
Namun, Dwi mengaku pihaknya sudah mengupayakan untuk meminimalisir laporan lifting menumpuk pada akhir bulan. Terkait arahan, agar jumlah lifting sama dengan produksi di sumur migas, Dwi mengaku pihaknya juga mengupayakan hal itu.Â
"Kita juga sama, lifting harus bisa nguras semua produksi pada hari itu," jelasnya.Â
Untuk persoalan lifting dan produksi, Dwi mengaku terus berkoordinasi dengan Kontraktor Kontrak Kerja sama seperti PT Pertamina. Hal ini dilakukan, terkait penyediaan kapal untuk mengangkut hasil produksi migas dan mengurangi impor.Â
"Kalau kilang belum siap menerima, di sini (sumur migas) belum bisa dilakukan (lifting). Kami sudah koordinasi dengan bu Dirut (Pertamina). Crude kan ada domestik dan impor. Kalau disaat saat impor dikurangi dikit, ini lebih lancar (lifting). Jadi, ini sudah lebih membaik. Semoga besok akan lebih merata," katanya. (asp)