Tak Punya Transportasi Massal, Bandara Ngurah Rai Dikritik Sky Track
- VIVA.co.id/Bobby Andalan
VIVA – Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai kembali berbenah. Salah satu yang akan dibenahi adalah pelayanan transportasi massal. General Manager Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Haruman Sulaksono memiliki dua solusi yang sedang dipersiapkan.
Pertama adalah bekerja sama dengan Perum Damri atau Transarbagita. Kedua, bekerja sama dengan anak perusahaan PT Angkasa Pura I, untuk menyediakan moda transportasi massal di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Haruman melanjutkan, Perum Damri dan Transarbagita pernah bekerja sama dengan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Hanya saja, karena sepi peminat, keduanya menyudahi trayek.
“Nah, makanya kami sedang komunikasi ulang dengan Damri dan Transarbagita. Kalau keduanya tidak berkenan, kita akan gunakan bus dari anak perusahaan kita,” kata Haruman di Kuta, Bali, Rabu 20 Maret 2019.
Menurut Haruman, tidak adanya transportasi massal di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menjadi sorotan lembaga internasional Sky Track, dalam salah satu laporannya.
Sebab, menurut Sky Track, bandara bertaraf internasional tak boleh lagi ada monopoli transportasi. Pengguna jasa harus diberikan pilihan menggunakan moda transportasinya.
Saat ini, Haruman mengaku sedang melakukan kajian, agar pengadaan transportasi massal tak merugikan perusahaan transportasi yang telah beroperasi sebelumnya di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
“Saya sudah bicara dengan Kadishub. Kalau itu (transportasi massal) menjadi kebutuhan, itu akan menjadi peningkatan pelayanan bandara. Sisinya pelayanan, bukan sisi bisnis dengan tidak merugikan pengusaha transportasi,” ujarnya.
Ia juga sudah berkomunikasi dengan anak perusahaan PT Angkasa Pura I mengenai hal ini. Prinsipnya, mereka sudah siap dengan moda transportasi massal sebagaimana dibutuhkan.
Nantinya, lanjut dia, moda transportasi massal ini bisa diakses oleh penumpang secara cuma-cuma alias gratis.
“Shuttle sifatnya. Flow-nya kami siapkan, halte, informasi keberangkatan dan kedatangan, serta lainnya. Nanti, akan ditujukan dari dan ke bandara melalui satu titik tertentu. Jadi, dia hanya transit saja. Jangan berpikir akan ada bus yang ngetem di bandara,” ujarnya.
“Pola ini sudah diberlakukan di Surabaya. Jadi, nanti karena ini sifatnya pelayanan bandara, maka gratis. Dari mana biaya operasionalnya? Kita sedang juga rumuskan. Apakah dimungkinkan mencari sponsorship sebagaimana yang di Surabaya, atau ada skema lainnya,” jelasnya. (asp)