Tiga Faktor Kereta Sering Anjlok Versi Menteri Perhubungan
- VIVA.co.id/Muhammad Aprian Romadhoni
VIVA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengklaim bahwa PT Kereta Api Indonesia adalah perusahaan paling teliti dalam hal keamanan penumpang. Itu dipastikannya meski layanan kereta sering anjlok di berbagai wilayah.
Teranyar, kereta anjlok di depan pintu perlintasan Kebon Pedes, Bogor, Jawa Barat pada Minggu, 10 Maret 2019. Kereta itu adalah kereta rel listrik commuterline dengan nomor rangkaian KA-1722, meski tidak ada korban jiwa.
"Secara jujur saya sampaikan, PT Kereta Api sebagai BUMN yang paling teliti terhadap savety. Jadi, satu company yang begitu teliti masih ada masalah, ya, akan kita evaluasi," katanya di Jakarta, Senin, 18 Maret 2019.
Menurut Budi, penyebab anjloknya kereta hanya diakibatkan oleh tiga faktor: longsoran tanah, kesalahan masinis, dan kecepatan kereta. Karenanya, kebijakan antisipasi agar kejadian itu tidak terulang masih harus menunggu evaluasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT.
Jika KNKT menemukan kesalahan pada kecepatan kereta, maka PT KAI harus merumuskan ulang kecepatan maksimum kereta. Begitu pula jika kesalahannya pada sang masinis, PT KAI harus mengevaluasi ulang para masinis mereka. Kalau masalahnya pada penurunan tanah, mekanisme kontrol harus lebih diintensifkan.
Meski begitu, dia memastikan bahwa PT KAI telah melakukan berbagai upaya pengawasan terhadap seluruh sarana dan prasarana yang dimilikinya meski anggaran untuk itu terus turun. Misal, pada 2017 sebesar Rp1,3 triliun lalu pada 2018 menjadi hanya sekitar Rp1,1 triliun.
"Ya, anggaran itu ada pemotongan dari Kementerian Keuangan. Kita akan lihat secara komprehensif terhadap industri kereta api secara menyeluruh. Artinya, kita ini kan kalau KAI misi utamanya melayani masyarakat," ujarnya.
Melayani masyarakat, katanya, berarti juga menyediakan harga tiket yang terjangkau untuk semua lapisan masyarakat. “Tentu akan kita evaluasi secara menyeluruh apabila fungsi-fungsi itu kita tetapkan sesuatu apa konsekuensinya; apakah kita cukup dengan yang sekarang untungnya dikurangi atau memang wajar ada tambahan-tambahan subsidi terhadap perawatan-perawatan tersebut," katanya.