Praktik Culas Travel Agent China Keruk Uang dari Wisata Bali
- ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
VIVA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali tengah gencar memberangus keberadaan money changer liar dan menutup toko-toko penukaran uang nakal di wilayah Benoa yang terafiliasi dengan travel agent dari Tiongkok.
Hal itu dilakukan lantaran mereka sangat merugikan industri pariwisata dan pelaku ekonomi kreatif di Bali serta usaha money changer.
Ketua Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) Bali, Ayu Astuti Dharma, mendukung upaya Pemprov Bali tersebut. Sebab, praktik curang travel agent China dalam praktik penukaran valuta asing (valas) telah menabrak norma kesantunan serta merusak citra Bali di mata internasional.
"Maraknya pembayaran dengan menggunakan WeChat (aplikasi e-wallet di smartphone) dengan menggunakan barcode yang sangat merugikan usaha jasa penukaran uang resmi," kata Ayu, Rabu 27 Februari 2019.
Menurutnya, penggunaan WeChat Pay dalam bertransaksi adalah tindakan ilegal. Karena mereka tidak menggandeng perusahaan domestik dalam proses transaksinya.
Setidaknya ada dua praktik ilegal yang digunakan dalam transaksi ini. Pertama, menggunakan mekanisme transfer antar-akun WeChat Pay. "Jadi uangnya tidak masuk ke Indonesia, tetapi tetap berada di sistem keuangan China dan menggunakan Yuan," ujar Ayu.
Cara lainnya, para pemilik merchant nakal asal China membawa mesin Electronic Data Capture (EDC) langsung dari negaranya dan bertransaksi di Indonesia. "Cara ini pun merugikan Indonesia karena dananya tak masuk Indonesia," imbuhnya lagi.
Ayu tak menampik keelokan Pulau Dewata memang melekat kuat di benak warga dunia dan menjadi top mind sebagai destinasi favorit di Indonesia, termasuk bagi wisatawan asal China. Sayangnya, kondisi tersebut dimanfaatkan sekelompok orang untuk meraih keuntungan pribadi dan merusak sistem yang ada.
"Bali adalah gate yang dilewati 40 persen wisatawan mancanegara. Pariwisata sebagai core economy Indonesia dan sumbangan Bali ke devisa saat ini masih Rp70 triliun setahun. Tidak hanya itu, sektor pariwisata juga menjadi tumpuan perekonomian masyarakat Pulau Dewata," tegas Ayu. (ren)