Meski Kemurahan, Gubernur BI Pede Rupiah Bakal Bergerak Stabil 

Petugas bank tunjukkan uang rupiah dan dolar Amerika Serikat.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo optimistis, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, bakal terus stabil. Sebab, pergerakan rupiah dikatakannya masih dalam posisi yang undervalued atau kemurahan.

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada bulan ini masih diperdagangkan di kisaran Rp13.900-Rp14.100 per dolar AS. Setelah sebelumnya pada 2018, rupiah diperdagangkan melebihi Rp15.000 per dolar AS.

Sementara itu, pada hari ini, Jumat 22 Februari 2019, rupiah diperdagangkan di posisi Rp14.079 per dolar AS, atau melemah dibandingkan posisi sebelumnya yang sebesar Rp14.057 per dolar AS. Namun menguat, dibanding posisi Jumat pekan sebelumnya, yang diperdagangkan di posisi Rp14.116 per dolar AS.

Rupiah Loyo Pagi Ini, Nyaris Tembus Rp16 Ribu per Dolar AS

"Rupiah ke depan akan bergerak stabil dan kita melihat bahwa nilai tukar sekarang itu masih undervalued. Dengan demikian, ke depan stabilitas nilai tukar akan didukung oleh empat hal," katanya, saat ditemui di kompleks perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat 22 Februari 2019.

Dia memaparkan, empat faktor yang akan mendorong stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menuju penguatan lebih lanjut itu, pertama, derasnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia pada awal tahun ini mencapai Rp45,9 triliun. Jauh lebih tinggi dibanding keseluruhan 2018, yang hanya sebesar Rp13,9 triliun.

Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp15.842 per Dolar AS

"Masuknya aliran modal asing, yang menambah supply valas di dalam negeri," tegasnya.

Kedua, masih baiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia, yang ditunjukkan dari masih naiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, inflasi yang rendah, hingga defisit transaksi berjalan yang ditegaskannya bakal tetap terjaga di bawah tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Ketiga, suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau Fed Fund Rate cenderung semakin rendah pada tahun ini, dari yang diperkirakan naik tiga kali, menjadi hanya naik satu kali, setelah 2018 naik empat kali.

Keempat, mekanisme pasar keuangan Indonesia sudah semakin baik, yakni transaksi yang tidak hanya melalui pasar spot atau pasar tunai dan pasar swap saja, melainkan juga telah melalui transaksi Domestic Non-Delivery Forward (DNDF).

"DNDF kita sudah ada tenor tiga bulan. Dengan demikian, itu semakin menambah ketersediaan kebutuhan untuk lindung nilai. Tidak hanya satu bulan, juga tiga bulan, dan itu juga menambah keyakinan di pasar, sehingga baik dari bank, pelaku korporasi dalam dan luar negeri itu juga menunjukkan confident-nya kepada rupiah, termasuk juga kepada DNDF," tegasnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya