Impor Jagung Turun Bukan Hoax, Tapi Gandum Masuk RI Lebih Besar Fakta
- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA – Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi, Yeka Hendra Fatika mengungkapkan, kebijakan impor jagung pakan ternak di era Presiden Joko Widodo, memang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahunnya.
Namun, ditegaskannya hal itu diiringi dengan meroketnya impor gandum sebagai siasat untuk menggantikan kebutuhan permintaan bahan baku pakan ternak yang terkikis akibat kebijakan pengendalian impor jagung.
"Jadi, kalau Pak Jokowi bilang impor jagung sudah berhasil diturunkan itu fakta, bukan hoax. Tetapi, yang tidak pernah dibuka ke publik impor gandum untuk pakan meningkat, karena jagungnya dikendalikan," tutur dia, saat diskusi di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa 21 Februari 2019.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, sejak Menteri Pertanian, Amran Sulaiman menggaungkan kebijakan pengendalian impor pada 2015, memang volume impor jagung terus mengalami penurunan, yakni dari posisi 1,31 juta ton menjadi hanya sekitar 737,2 ribu ton.
Meski begitu, kata dia, jika dirujuk pada data impor gandung, justru mengalami kenaikan yang pesat, yakni dari yang di kisaran 1,3 juta ton pada 2016, menjadi kisaran 3,1 juta ton pada 2018.
Di sisi lain, kata dia, kebijakan penurunan impor jagung yang tidak dikorelasikan dengan kemampuan produksi domestik, turut membuat harga jagung terus mengalami kenaikan harga. Dari di posisi Rp3.000 pada 2014, menjadi kisaran Rp5.000 per kilogram pada 2018.
"Kalau dilihat fenomena menariknya, kita sudah setop impor sejak 2015, tapi harga jagung meningkat. Tapi 2017, stabilisasi impor untuk harga jagung dimulai lagi, sekarang ramai dibicarakan, karena intervensi impornya terlambat," tegas dia. (asp)