Pasca Teror OPM, Proyek Jalan Trans Papua Kembali Dilanjutkan
- ANTARA FOTO/Iwan Adisaputra
VIVA – Pemerintah kembali melanjutkan pembangunan jembatan di jalan Trans Papua yang sempat dihentikan karena aksi pembunuhan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB. Seluruh pembangunan jembatan itu sebelumnya dihentikan di beberapa ruas karena adanya insiden pembunuhan pekerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) oleh KKB.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Sugiyartanto mengatakan, pekerjaan jembatan di wilayah tersebut sudah dimulai sejak dua pekan yang lalu. Pembangunan itu dilanjutkan karena pihak keamanan dari TNI sudah siap melakukan pengamanan maksimal.
"Sudah lanjut, kira-kira dimulai hampir dari dua Minggu lalu," kata Sugiyartanto di kantornya Jakarta, Kamis 21 Februari 2019.
Ia menjelaskan, terkait insiden pembunuhan di distrik Nduga itu, pihaknya sudah beberapa kali bertemu dengan panglima TNI. Ditegaskannya, pemerintah tidak memiliki rasa takut untuk kembali memulai pekerjaan tersebut sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
"Dari sisi keamanan, panglima (TNI) sudah kirim pasukan. Di sisi pelaksanaan pekerjaannya, Istaka itu tetap berjalan, di-support dan urusan keamanan dari KKB itu urusan tentara," ungkapnya.
Pihaknya bersama PT Istaka Karya akan terus melakukan evaluasi secara bulanan. Dan ditargetkan dalam enam bulan ke depan, jembatan di wilayah tersebut bisa segera rampung.
"Mungkin enam bulan lagi jembatan di ruas Nduga-Mamugu akan selesai. Karena pasukan bertahap ke sana. Pakai kapal, pesawat hercules, keamanan untuk membantu bekerja," tuturnya.
Sebelumnya, aparat gabungan TNI-Polri telah berhasil mengevakuasi 16 jenazah pekerja jembatan proyek jalan Trans Papua.
Dari informasi resmi yang diterima aparat, ada 19 pekerja tewas korban pembantaian kelompok bersenjata pada Minggu, 2 Desember 2018. Ada satu korban dari anggota TNI atas nama Sersan Handoko. Dengan demikian total korban tewas berjumlah 20 orang.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengaku bertanggung jawab atas insiden penyerangan di Kabupaten Nduga. Salah satu petinggi OPM menyebut kelompok Egianus Kogoya yang berada di balik aksi tersebut. (art)