Bila Anda Manajer, Ini Dia Pantangan yang Harus Dihindari
- Halomoney.
VIVA – Produktivitas kerja seorang karyawan tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri, tetapi juga ditentukan oleh manajer selaku pemimpin masing-masing departemen di perusahaan.
Jika kinerja manajer buruk, kinerja karyawan juga demikian, dan sebaliknya. Untuk itu, manajer perlu memberikan contoh yang baik, agar hasil kerja yang dituai karyawan sesuai dengan ekspektasi perusahaan.
Maka dari itu, menjadi seorang manajer harus bisa menghindari sikap yang menjadi pantangannya. Apa saja itu?
Berikut, pantangan yang harus dihindari seorang manajer seperti dikutip dari Cermati.com, Kamis 21 Februari 2019:
1. Punya sifat pesimis terhadap hasil kerja
Mengingat manajer adalah sosok pemimpin, maka manajer harus mampu menjadi role model bagi karyawan di perusahaan. Sifat buruk, seperti pesimistis sebaiknya harus dihindari, agar motivasi kerja karyawan semakin terpacu, sehingga hasil kerja yang diperoleh sesuai harapan.
Pesimistis terhadap suatu hal memang wajar, taetpi sifat ini tidak baik bagi siklus hidup perusahaan. Bagaimanapun, sifat buruk harus dikikis secara perlahan. Terutama, sifat yang dapat menghambat proses pencapaian target kerja di perusahaan.
2. Sering menggunakan gadget saat bekerja
Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menghambat produktivitas kerja manajer dan karyawan. Untuk itu, manajer harus mensosialisasi dampak buruk gadget saat bekerja, sehingga karyawan fokus pada tugas yang dikerjakan.
Sosialisasipun tidak hanya berupa ucapan, tetapi disertai dengan tindakan nyata, seperti mematikan gadget saat bekerja.
Jika dipraktikkan secara rutin, tingkat kecanduan terhadap gadget akan berkurang, sehingga hasil kerja semakin maksimal dan Anda menjadi contoh sebagai manajer yang baik.
3. Tidak mampu mengambil keputusan
Manajer harus mampu mengambil keputusan terbaik, demi kemajuan perusahaan di masa mendatang. Jika tidak, produktivitas perusahaan akan terganggu, dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan turbulensi yang membahayakan hidup perusahaan.
Keputusan yang diambil harus berdasarkan berbagai sudut pandang, sehingga pengambilan keputusan tepat sasaran. Untuk memudahkan pengambilan keputusan, manajer boleh membiarkan karyawan untuk bebas berpendapat, tetapi keputusan mutlak ada di tangan manajer.
4. Membiarkan karyawan atau bawahannya bekerja ‘non-stop’
Karyawan bukan robot, yang mampu bekerja seharian tanpa henti. Karyawan butuh istirahat yang cukup untuk mengembalikan stamina tubuh, agar dapat kembali bekerja di hari esok.
Untuk itu, manajer harus mampu menyeimbangkan antara jam kerja dan jam istirahat untuk menghindari penurunan produktivitas kerja karyawan. Bila perlu, manajer dapat mencanangkan program liburan bersama untuk menyegarkan pikiran.
Selain refreshing, liburan bersama dapat menambah kedekatan antara manajer dan karyawan, sehingga tali silaturahmi tetap terjaga dengan baik walaupun sedang berada di luar jam kerja.
5. Sifat perfeksionis yang berlebihan
Manajer tidak bisa memaksa karyawan untuk bekerja secara sempurna, karena manusia memiliki keterbatasan tertentu. Namun, manajer bisa mengharapkan hasil kerja yang maksimal.
Caranya dengan membina, mengajari, dan mengawasi kinerja karyawan secara keseluruhan. Jika terdapat kesalahan, manajer dapat memberikan pengarahan agar kesalahan tidak terulang kembali.
Hindari sifat perfeksionis yang mengakibatkan kerja perusahaan selalu tertunda. Tidak ada salahnya untuk memulai terlebih dahulu. Toh jika gagal nanti, manajer masih bisa berbenah diri untuk mendapatkan mekanisme kerja yang benar.
6. Selalu mengedepankan kepentingan pribadi
Manajer harus mampu mengesampingkan kepentingan pribadi di atas kepentingan orang banyak, terutama dalam urusan bisnis. Sebab, orang yang dirugikan ketika bisnis mengalami kegagalan tidak hanya manajer saja, tapi juga karyawan dan anggota keluarganya di rumah.
Urusan pribadi memang penting, tetapi bisa ditinggalkan untuk sementara, apalagi jika situasinya tidak terlalu urgent. Berbeda dengan bisnis yang selalu menimbulkan beragam masalah, dan berpotensi menimbulkan kerugian yang menimpa hidup banyak orang.
7. Suka menyalahkan karyawan atau bawahannya
Manajer tidak boleh menyalahkan karyawan seenaknya, apalagi sampai point finger kepada karyawan yang bersangkutan. Sikap ini sama saja dengan penghinaan yang dapat menimbulkan rasa benci dan dendam kepada manajer.
Akan lebih baik, jika manajer memanggil karyawan yang berbuat salah ke ruangannya, dan membicarakan kesalahan tersebut secara empat mata dengan karyawan. Tindakan ini jauh lebih sopan dan tidak menyakitkan hati.
8. Mengomeli karyawan di depan orang banyak
Meskipun berstatus sebagai bawahan, seorang karyawan tetap mempunyai harkat dan martabat yang harus dihargai oleh manajer. Tidak seharusnya manajer mengomeli karyawan di depan orang banyak, apalagi dengan suara meninggi hingga karyawan lain mengetahui permasalahan yang sedang dibicarakan.
Kekesalan manajer sebaiknya disimpan terlebih dahulu, lalu diluapkan pada momen yang tepat seperti memanggil yang bersangkutan di ruangan dan bicara empat mata. Dengan demikian, relasi antara atasan dan bawahan tetap terjaga dalam urusan bisnis. (asp)