Tanjung Priok Mau Jadi Pelabuhan Kelas Dunia, Begini Jurus Pelindo II
- VIVA/Renne Kawilarang
VIVA – Revitalisasi pelabuhan-pelabuhan di Indonesia tengah digenjot dan ditargetkan sudah berstatus sebagai pelabuhan kelas dunia mulai tahun 2020. Salah satu caranya adalah dengan mulai menerapkan digitalisasi pada operasional pelabuhan, dan ini tengah dibangun di Tanjung Priok, sebagai pelabuhan terbesar di Indonesia.
Demikian ungkap Elvyn G. Masassya, Presiden Direktur PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II atau IPC, yang mengelola 12 pelabuhan di 10 provinsi, termasuk Pelabuhan Tanjung Priok. Dia mengutarakan ambisi Pelindo II untuk menjadikan Tanjung Priok sekaliber pelabuhan-pelabuhan kelas dunia yang ada di Rotterdam (Belanda), Hamburg (Jerman), dan Guangzhou (China), dan lain-lain.
“Sesuai perkembangan jaman, di tahun 2023 kita akan melakukan flow automation dalam pengelolaannya. Jadi hanya sedikit orang di situ, semuanya berbasis pada otomasi. Dengan cara ini tentu proses pelayanan akan lebih cepat dan biayanya juga lebih murah,” kata Elvyn saat menerima kunjungan para pemimpin redaksi dan perwakilan media massa di kantornya, Selasa 19 Februari 2019.
Untuk itu, lanjut Elvyn, selain menyiapkan pembangunan sarana dan pra-sarana, pihaknya tengah menyekolahkan para stafnya untuk menimba ilmu di mancanegara.
“Sejak beberapa tahun kemarin kami sudah mengirimkan SDM kami ke luar negeri untuk sekolah, mempelajari bagaimana operasional yang bersifat otomasi dan diharapkan pada tahun 2023 sepenuhnya sudah dikelola oleh IPC,” kata mantan Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan itu.
Elvyn yakin, otomasi nanti sama sekali tidak akan mengurangi karyawan. Pelindo akan melakukan persiapan, mengkonversi para karyawan ke bidang-bidang yang lain. “Jadi mereka ini akan tetap dipekerjakan pada bidang yang berbeda,” katanya.
Dia pun mengharapkan kinerja perusahaan tahun ini diharapkan bisa tumbuh dari angka tahun 2018. “Untuk target laba kami harapkan bisa mencapai Rp2,6 triliun, revenue bisa mencapai Rp13,5 triliun dan dari sisi volume, untuk peti kemas bisa mencapai 8,2 juta teu (twenty-foot equivalent unit atau unit ekuivalen dua puluh kaki),” kata Elvyn.
Sementara itu, Elvyn tidak khawatir bahwa situasi ekonomi global yang sedang lesu akan berpengaruh besar pada kinerja pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Dia mengingatkan, bahwa pelabuhan itu melayani aktivitas internasional, ekspor impor, dan juga aktivitas perdagangan antar-pulau. “Meskipun situasi global mengalami penurunan, aktivitas domestik kami proyeksikan masih tetap tinggi, sehingga peran pelabuhan akan tetap signifikan untuk tetap memberikan pelayanan, peningkatan konektivitas, dan distribus barang antar-pulau di Indonesia,” kata Elvyn.
Dia juga yakin, meskipun level global menurun, negara-negara tertentu tetap akan mengalami pertumbuhan yang tinggi.