Taksi Express Jual Mobil Hingga Properti Buat Bayar Utang ke BCA
- Twitter/@Express_Group
VIVA – PT Express Transindo Utama Tbk berencana melego 1.200 unit kendaraan milik perseroan tahun ini. Hal tersebut dilakukan dalam upaya pembayaran utang sekitar Rp400 miliar yang sudah jatuh tempo kepada PT Bank Central Asia Tbk.Â
Direktur Utama Express Johannes Triatmojo menjelaskan, langkah ini merupakan upaya lanjutan dari perseroan. Setelah sebelumnya mereka juga telah menjual aset berupa tanah dan ruko pada Juni 2017 lalu.
"(Utang ke BCA) Masih belum, masih ada. Masih ada penjualan unit dan masih ada 1.200 kendaraan. Memang tugas kita untuk menjual, sesudah itu kita bayar ke BCA," kata Johannes usai acara RUPSLB di Jakarta, Jumat 8 Februari 2019.
Mengenai berapa lagi total sisa utang perseroan, Johannes mengaku pihaknya masih akan berdiskusi di tataran internal guna memastikan hal tersebut sambil menyelesaikan masalah jaminan utang.
"Tapi target pertama, semua jaminan itu kita jualin dulu, buat bayar utang-utangnya," kata Johannes.
Johannes mengaku saat ini perseroan tengah berupaya keras menyelesaikan masalah utang dan jaminan kepada pihak BCA. Dia berharap tanggung jawab tersebut akan bisa diselesaikan hingga rampung di tahun ini juga.
"Harusnya (rampung) tahun ini. Harapan kita kalau bisa di kuartal-I 2019, akan kita usahakan. Ya paling enggak sampai ke kuartal-II lah, tapi masih kita usahain selesai di tahun ini," ujarnya.
Seperti diketahui, selain upaya melego unit kendaraan dan aset properti berupa tanah dan ruko guna membayar utang, emiten berkode TAXIÂ ini sebelumnya juga telah melakukan PHK terhadap 250 karyawan yang jumlahnya diprediksi masih akan bertambah.
Bahkan, pada Januari 2019 kemarin TAXI, juga telah menyerahkan aset dua bidang tanah milik PT Ekspres Jakarta Jaya selaku anak usahanya, senilai Rp43,44 miliar kepada pihak BCA.
Di tengah ketatnya persaingan dengan para pemain baru seperti Gocar dan Grab, TAXI memang merasakan dampak persaingan yang signifikan. Terbukti, laporan keuangan audit perseroan mencatat bahwa untuk modal kerja dan ekuitas, masing-masing mengalami minus Rp1,12 triliun dan Rp366,98 miliar per September 2018 lalu. (ren)