Pengusaha RI Lebih Ngeri Ekonomi China Melambat Ketimbang AS
- VIVA.co.id/Fikri Halim
VIVA – Pengusaha Indonesia menilai perlambatan ekonomi China, lebih menjadi perhatian ketimbang isu perlambatan di Amerika Serikat. Alasannya, jumlah perdagangan Indonesia dengan China lebih besar ketimbang AS.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani mengatakan, shutdown di pemerintahan AS, tidak begitu berdampak besar kepada Indonesia.
"Kalau AS shutdown bagus lah, karena mereka sudah lama juga shutdown-nya. Ya, buat kita sih ini sebenarnya dampaknya hampir enggak ada ya. Kecuali, kalau yang kemarin tension (ketegangan) antara China dan AS, itu memang ada dampaknya," kata Rosan di acara hari ulang tahun Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta, Senin 28 Januari 2019.
Ia menegaskan, pengusaha lebih sensitif dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi China, dibanding penurunan pertumbuhan ekonomi di AS. Perdagangan dengan China, mencapai 15 persen dari total perdagangan luar negeri Indonesia.
"Kalau dengan AS, 10 persen dari total trade kita. Penurunan dari pertumbuhan growth china, dampaknya akan lebih terasa di kita. Dibandingkan dengan penurunan growth di AS," kata dia.
Apalagi, sambung dia, China lebih banyak menyerap barang-barang komoditas dari Indonesia. Khususnya, paling besar adalah komoditas batu bara. "Dengan pelemahan pertumbuhan China yang diperkirakan melemah pada 2019 ini, tentunya akan ada dampaknya," kata dia.
Pengusaha, lanjut Rosan, juga telah melakukan berbagai antisipasi. Juga terkait proyeksi perlambatan ekonomi global secara keseluruhan yang dilaporkan oleh World Bank dan IMF.
"Kita mengantisipasi, pertama dengan lebih efisien. Kita juga berbicara dengan pemerintah, apa bisa kita menerima insentif apabila melakukan banyak ekspor," katanya. (asp)