Impor untuk Proyek Infrastruktur Ikut Picu Defisit 2018 Capai US$8,5 M
- VIVA.co.id/Fikri Halim
VIVA – Ekonom Faisal Basri menyebut, defisit neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018, yang mencapai angka US$8,5 miliar, merupakan level terburuk sepanjang sejarah Indonesia.
Dia pun menjelaskan, selain adanya defisit di sektor perdagangan minyak, ada juga sejumlah sektor non-migas yang total impornya naik tiga kali lipat, dari total kenaikan nilai ekspor.
"Pertanyaannya mengapa? Kan, tidak ada permintaan yang tiba-tiba meningkat," kata Faisal di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa 15 Januari 2019.
Faisal pun menuding bahwa langkah pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir, nyatanya turut berkontribusi dalam memperparah defisit neraca perdagangan tersebut.
Sebab, dengan digenjotnya sektor infrastruktur oleh pemerintahan Joko Widodo saat ini, terdapat sejumlah impor bahan baku infrastruktur yang melonjak sangat tajam.
"Jadi oke, ada efek dari impor yang terkait dengan proyek-proyek infrastruktur. Seperti misalnya baja, itu meningkatnya tajam sekali," kata Faisal.
Karenanya, Faisal menilai, ironisme pembangunan sejumlah proyek infrastruktur yang justru dibangga-banggakan oleh pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla saat ini, nyatanya merupakan salah satu faktor penyebab tingginya defisit neraca perdagangan Indonesia di 2018 lalu.
"Ironis, defisit perdagangan (terparah) sepanjang sejarah. Defisit perdagangan itu hanya terjadi kira-kita tujuh kali sejak Indonesia merdeka, dan ini yang ketujuhnya langsung tertinggi dua kali lipat dari defisit (neraca perdagangan) terburuk sebelumnya," ujarnya.