Hadapi Cuaca 2019, Ini Solusi Bagi Petani

Sejumlah petani memetik cabai merah saat panen di Desa Cot Lam Pisee, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

VIVA – Pemakaian benih unggul berkualitas, dinilai dapat menjadi solusi untuk kondisi cuaca yang belum mendukung pada tahun ini, 2019.

Pengembangan Kawasan Lahan Kering Hortikultura oleh Kementerian Pertanian dan KOLTIVA

Hal itu terkait, kondisi cuaca yang berpengaruh pada produksi petani sayuran Indonesia, termasuk curah hujan di atas normal yang masih terjadi sampai dengan awal 2019. Sedangkan sepanjang 2019, diperkirakan bakal mengalami kemarau panjang.

Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, seperti dikutip dari keterangan yang diterima, Rabu 16 Januari 2019, mengatakan bahwa benih unggul yang berkualitas baik akan memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih tinggi dan tetap dapat berproduksi maksimal dengan kondisi ketersediaan air yang terbatas.

Stabilkan Harga, Kementan Bersama Petani Champion Guyur Pasokan Cabai ke Pasaran

Beberapa varietas yang toleran terhadap kekeringan antara lain cabai keriting Laba F1 dan cabai besar Gada MK yang diproduksi oleh PT East West Seed Indonesia (Ewindo).

Dengan kondisi cuaca yang tidak menguntungkan tersebut, Winarno memperkirakan, produksi petani sayur masih sama dengan capaian 2018. Terlebih, harga sayuran juga belum kunjung membaik.

Mentan SYL Siap Kerjasama Pengembangan Green House Skala Industri dengan Spanyol

"Kondisi ini membuat beberapa petani mengurangi areal tanamnya, meskipun beberapa daerah juga ada yang melakukan perluasan. Ini yang membuat produksi di tahun 2019, tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya," kata Winarno.

Winarno mengatakan, kondisi ini tidak akan berubah sepanjang kerugian yang dialami petani akibat rendahnya harga pokok produksi (HPP) tidak mengalami perbaikan di 2019.

Dia menambahkan, komoditi sayuran yang masih menjadi unggulan adalah cabai, bawang merah, kentang, tomat, dan sayuran buah lainnya.

"Untuk jenis sayuran daun seperti kangkung, bayam, serta beberapa lainnya hanya dikonsumsi masyarakat perdesaan dan orang-orang tua," ujar Winarno.

Winarno berharap, perlunya perhatian semua pihak agar mengedukasi remaja dan ibu ibu rumah tangga untuk lebih banyak mengkonsumsi dan mengolah sayuran.

Data BPS, kata Winarno, juga menunjukkan sekalipun produksi petani sayur mengalami kenaikan di tahun lalu, namun konsumsi sayuran dalam lima tahun terakhir, justru mengalami penurunan.

Konsumsi sayuran Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN dan standar WHO (400gr/hari Indonesia masih 180 gr/hari). Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat masih rendah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya