Menpar Klaim Sejuta Turis Asing Batal ke Indonesia Efek Bencana

Menteri Pariwisata Arief Yahya (kedua dari kanan) usai berdialog dengan pelaku wisata di Jawa Tengah dan Yogyakarta, di PRPP Semarang, Jumat, 4 Januari 2019.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengklaim sejuta wisatawan mancanegara batal datang ke Indonesia saat momentum libur Natal dan Tahun Baru 2019 dampak bencana tsunami di Selat Sunda akhir Desember 2018.

Brigadir Jenderal Carla River Kenang Bantuan Militer AS untuk Aceh Pasca Tsunami 2004

"Jadi bencana memengaruhi. Ada tiga bencana besar dan impact-nya sekitar satu juta wisman (wisatawan mancanegara) yang tidak jadi datang ke Indonesia," kata Arief usai berdialog dengan pelaku wisata di Jawa Tengah dan Yogyakarta, di PRPP Semarang, Jumat, 4 Januari 2019.

Khusus Natal dan Tahun Baru, Arief merinci jumlah kunjungan turis hanya naik 5 persen mencapai 10 juta wisatawan. Berkaca pada Lebaran 2018, jumlah kunjungan mencapai sekitar 20 jutaan.

Kemenhub Perkuat Perlindungan Maritim di Selat Malaka dan Singapura

Turunnya jumlah turis asing tak lepas dari tiga musibah besar, di antaranya gempa di Lombok pada 5 Agustus, gempa di Palu 28 September 2018, dan tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018.

"Di Palu, meskipun bukan destinasi utama [Indonesia], tapi orang luar tidak tahu; tahunya di Indonesia ada gempa dan tsunami. Lalu, pada gempa Lombok 5 Agustus, sehari setelahnya wisman turun drastis dan membatalkan," katanya.

Ahmad Ali-Abdul Karim Sediakan Layanan Kesehatan Gratis Bagi Penyintas Gempa dan Tsunami Palu

China mendominasi

Penurunan jumlah kunjungan wisatawan asing, Arief menjelaskan, didominasi oleh negara China. Padahal, sebelumnya China selalu menempati urutan pertama turis yang datang ke Indonesia. Kini, jumlah turis China hanya di peringkat kelima di bawah Malaysia, Singapura, Timor Leste, dan Australia.

"Travel advice yang dikeluarkan pemerintah China sangat efektif. Jumlah wisman dari China langsung nol. Karena travel advice dianggap sebagai larangan, dan mereka sangat patuh kepada pemerintah," katanya.

Berbeda halnya travel advice yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia saat bencana melanda Indonesia. Menurut Arief, imbasnya tidak besar, hanya 10-12 persen. "Karena orang Australia merasa Bali adalah second home seperti pulang kampung," tuturnya.

Dia meyakini, target destinasi wisata terdampak bencana segera pulih. Ia menargetkan, khusus wisata eksotik Lombok, akan pulih dalam enam bulan mendatang, atau Maret 2019. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya