BI Perkirakan Defisit Transaksi Berjalan Kuartal IV Melebar 3 Persen
- ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
VIVA – Bank Indonesia memperkirakan, defisit transaksi berjalan Indonesia bakal kembali melebar di atas tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir 2018 atau di kuartal IV 2018. Itu dipicu oleh defisit neraca perdagangan di November 2018 yang masih mengalami defisit, bahkan melebar ke posisi Rp2,05 miliar.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, meski begitu, untuk keseluruhan tahun 2018, diperkirakannya defisit transaksi berjalan akan mampu bertahan di kisaran tiga persen dari PDB. Sebab, dikatakannya, itu terkompensasi oleh kecilnya defisit transaksi berjalan di kuartal I 2018 yang hanya sebesar 2,2 persen dari PDB.
"Defisit transaksi berjalan jangan terlalu kaget di kuartal empat sedikit di atas tiga persen dari PDB, tapi karena di kuartal satu rendah, keseluruhan tahun kami perkirakan masih di kisaran tiga persen dari PDB," katanya di Gedung BI, Jakarta, Kamis, 20 Desember 2018.
Menurutnya, posisi defisit itu bukan dalam kondisi yang mengkhawatirkan jika perekonomian domestik dan global saat ini dalam kondisi yang normal. Lantaran komposisi impor saat ini yang terus menyebabkan defisit transaksi berjalan membengkak, didominasi oleh impor bahan baku dan barang modal yang mampu menggerakan ekonomi domestik.
"Jadi defisit transaksi berjalan 2018 di sekitar tiga persen itu bukan level yang alarming, meski kita sepakat dengan pemerintah dalam jangka pendek untuk menurunkan. Karena, impor-impornya produktif," ucap dia.
"Oleh karena itu, bersama pemerintah kita sepakat jangka pendek lebih baik kita berupaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah 2,5 persen dari PDB untuk 2019," katanya.
Dia menambahkan, kebijakan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate saat ini yang ditahan di level enam persen masih memadai untuk mengakomodir penurunan defisit transaksi berjalan. Sebab, besaran suku bunga itu diklaimnya masih memberikan daya tarik bagi aset keuangan Indonesia.
"Bank Indonesia meyakini bahwa tingkat suku bunga kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik," ucap Perry. (ase)