Tips Sukses Bisnis Perkebunan dari Urban Farming
- ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
VIVA – Akhir-akhir ini, model bisnis urban farming semakin populer di kalangan masyarakat perkotaan. Nama ini digunakan untuk menjelaskan kegiatan bertani atau berkebun di era modern atau di kalangan penduduk urban, yang meliputi kegiatan budidaya tanaman, proses dan distribusi hasil panen pangan kepada konsumen.
Produk yang dipanen dari urban farming biasanya produk-produk pangan yang berkualitas tinggi, sehingga mampu menembus pasar swalayan atau supermarket besar di seluruh Indonesia.
Mengingat kualitas produknya bagus, maka wajar jika produk hasil panen dari urban farming dijual dengan harga yang lebih mahal. Apakah bisnis ini menjanjikan? Tentu saja.
Lalu, bagaimana cara bisa meraup untung dari urban farming ini? Seperti dikutip dari Cermati.com, Jumat 14 Desember 2018, berikut tips sukses bisnis perkebunan dari urban farming yang bisa Anda coba.
1. Ketahui tanaman yang cocok untuk urban farming
Tanaman hidroponik seperti cabai, tomat, seledri, bunga matahari, basil dan kale dapat berkembang biak dengan cara urban farming. Jika Anda lagi mencari-cari ide bisnis yang cocok digeluti di era modern, ini bisa dijadikan referensi. Agar hasil panen memuaskan, lakukan dengan cara yang benar.
2. Tak perlu luas, siapkan lahan walau sejengkal
Proses berkebun dengan urban farming ini sangat mudah. Selain itu, tidak dibutuhkan lahan yang luas untuk melakukannya. Maklum saja, jika sulit bisa memiliki lahan yang luas di wilayah perkotaan. Cukup dengan menyediakan lahan sebesar 10x10 meter, bisnis ini sudah bisa dilakukan.
3. Jangan bingung, prosesnya sangat mudah kok!
Ya, jangan bingung dan takut gagal. Proses berkebun secara urban ini sangat mudah. Pupuk yang dibutuhkan untuk menyuburkan tanaman juga tidak neko-neko.
Anda dapat memanfaatkan kotoran hewan atau sampah-sampah rumah tangga organik sehari-hari. Sampah dan kotoran ini diendapkan selama kurang lebih 3 minggu. Kemudian, disiram ke tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan subur.
4. Segera mulai, modal yang dibutuhkan kecil
Dengan sejengkal lahan di sekitar rumah, lalu pupuk organik dari sampah rumah tangga sehari-hari yang dijadikan kompos, maka tak butuh biaya mahal untuk memulainya.
Jika dinominalkan, Anda hanya butuh sekitar Rp1 juta saja untuk mengawali bisnis urban farming ini, termasuk penyediaan bibit tanamannya.
5. Jangan lupa siapkan pembatas untuk tanaman
Siapkan sebuah pembatas dari kayu atau bahan lainnya bila Anda menanam beberapa jenis tanaman. Ini akan memudahkan Anda untuk melakukan perawatan sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
Buat area urban farming ini secara terbuka, sehingga tanaman bisa memperoleh sirkulasi udara dan Matahari dengan cukup.
6. Sediakan juga lahan bebas air
Bisnis urban farming dapat disesuaikan dengan kondisi cuaca di tempat tinggal Anda. Jika Anda memilih menanam seperti kangkung, pok coy, kemangi dan tomat yang sangat cocok ditanam di wilayah tropis, jangan lupa menyediakan lahan yang terbebas dari air supaya bisa tumbuh subur.
7. Menanam secara vertikal
Tanaman apa pun sebenarnya dapat tumbuh di mana saja, termasuk di pot yang terbuat dari batako. Untuk metode penanaman sedikit berbeda, mengingat lahan yang digunakan sangat sempit, tanam tanaman hidroponik secara vertikal menyerupai bentuk anak tangga. Alhasil, jumlah tanaman yang berhasil ditanam akan semakin banyak.
8. Siapkan obat pembasmi hama
Agar tanaman hidroponik Anda tumbuh bagus tanpa cacat di bagian daun, jangan lupa untuk menyemprotkan obat pembasmi hama secara rutin. Untuk mempertahankan sifat organik tanaman, semprotkan pembasmi hama berbahan organik yang terbuat dari campuran bawang putih dan daun mint. (art)